Home / Inspirations / #BanggaJadiIRT : Jangan Minder jadi IRT, Masa Depan Bangsa Ini Ada di Tangan Sucimu!
English English Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia
Foto my little family.

#BanggaJadiIRT : Jangan Minder jadi IRT, Masa Depan Bangsa Ini Ada di Tangan Sucimu!

Foto ala-ala my little family. Foto hasil jepretan Mas Danan.

TULISAN ini saya dedikasikan untuk para istri dan ibu rumah tangga (IRT) yang minder akan status mereka.

Tulisan inipun terinspirasi dari postingan seorang teman yang memilih melepaskan kariernya sebagai akademisi demi mendidik buah hatinya dengan tangannya sendiri di rumah.

Berikut saya kutib statusnya di laman akun Medsosnya :

“Jika km sering sedih krn status ibu rumah tangga mu. Yakin lah bukan syariat Allah yang salah, tp hati dan pikiran mu lah yg bermasalah…
yang menganggap tugas ini hina dina…

#semangatpagicurcoltetanggasebelah “

Saya paham status tersebut adalah sebagai sindiran kepada para istri dan IRT yang merasa bahwa status mereka tidak keren, tidak ada apa-apanya bahkan lebih parah karena dipandang hina-dina dibandingkan dengan wanita karier.

Dan, saya sangat setuju dengan ungkapan teman saya itu. Saya ย merasa agak emosi jika mendapati ada orang, siapapun dia, yang memandang rendah ibu rumah tangga.

Halloo! Menjadi ibu rumah tangga itu adalah pekerjaan paling mulia yang pernah saya sandang.

Saya sangat bangga dan bahagia bisa mengasuh, membesarkan, dan mendidik anak-anak saya dengan tangan saya sendiri.

Saya merasa begitu beruntung bisa menghabiskan waktu hampir 24 jam dengan kedua anak saya. Meskipun sekarang saya masih menjadi seorang pekerja formal, tapi Alhamdulillah bidang pekerjaan saya tidaklah sesuatu yang mengharuskan saya menghabiskan waktu delapan jam lebih di kantor.

Bahkan pekerjaan saya ini bisa saya kerjakan di rumah dengan tetap datang ke kantor pada sore hingga malam hari.

Wahai para istri dan ibu rumah tangga, banggalah menjadi seorang IRT karena :

1. Masa depan bangsa, negara, dan agama ini ada di tangan kita. Kitalah sebagai pendidik utama generasi bangsa ini mulai dari dalam kandungan hingga mereka dewasa dan dapat menentukan jalan mereka sendiri. Bahkan tugas mendidik anak-anak melekat selama nyawa masih melekat di raga.

Ingatlah, untuk mencetak generasi yang cerdas, berkualitas, dan beriman, maka seorang ibu haruslah menjadi sosok yang cerdas, berkualitas, dan beriman juga.

Bahkan untuk mendidik generasi ย yang anti-korupsi, tanggungjawab utamanya ada di kita.

Ibulah yang harus mengajarkan sedini mungkin tentang pentingnya nilai-nilai kejujuran, moral, dan tanggungjawab baik terhadap sesama manusia maupun Tuhan.

Bagaimana seorang ibu bisa melaksanakan tugas mendidik anak yang begitu mulai jika waktunya habis untuk pekerjaan di luar rumah?

Waktunya habis untuk urusan bisnis sepanjang hari bahkan tidak pulang sampai beberapa hari. Waktunya habis untuk meeting sana-sini hingga begitu sampai rumah, anak-anak sudah tidur dan si ibu harus berangkat lagi sebelum anak-anak bangun.

Jika ada wanita yang demikian sibuk di luar rumah demi karier, sementara pendidikan anak tetap terjaga, dia adalah wanita luar biasa. Saya sangat salut kepadanya.

Sayangnya, tidak sedikit IRT yang begitu mengagungkan pekerjaannya di luar sana, ternyata membuat anak-anak mereka terlantar secara psikologi dan religi. Termasuk suami yang merasa terabaikan.

Akhirnya yang terjadi adalah ketidakharmonisan rumah tangga dan pasti yang menjadi korban utama adalah anak-anak.

Berapa banyak kasus ditemukan anak-anak terlibat narkoba, sex bebas, pencurian, dan kejahatan lainnya karena inharmonisasi dalam keluarga.

Saya tidak ingin menghakimi para wanita karier, saya tidak ingin menghakimi para pebisnis wanita, dan saya tidak ingin menghakimi wanita-wanita yang luar biasa yang bisa membagi waktu antara kerja dan keluarga.

Saya hanya sedih sekaligus ingin mengingatkan bahwa andaikan kita para wanita dengan segala alasan yang melatarbelakangi, memilih ataupun terpaksa hanya bisa sebagai ibu rumah tangga, maka banggalah akan status itu.

Ini adalah pekerjaan mulia yang tidak semua orang bisa menjalaninya dengan penuh kebahagiaan.

Ingatlah bahwa generasi bangsa ini ada di tangan kita. Kita harusnya menjadi ibu yang cerdas dan terus meng-upgrade ilmu kita seiring kemajuan zaman agar kita, sebagai pendidikan utama, tidak ketinggalan zaman.

Jangan heran atau justru mengejek jika kini banyak wanita lulusan sekolah tinggi bahkan sampai jenjang tertinggi mengapdikan hidupnya terutama untuk membesarkan anak-anak mereka, di samping kegiatan-kegiatan yang dianggap sebagai aktivitas sekunder.

Sebab, mereka sadar bahwa pendidikan yang berkualitas bagi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa berawal dari rumah.

Tahukah Ibu, bahwa di negara paling makmur, Norwegia, ada kebijakan memberikan cuti kerja hingga dua tahun bagi ibu yang melahirkan.

Tujuan utamanya adalah agar si anak bisa mendapatkan air susu ibu (ASI) dan kasih sayang yang cukup dari ibunya. Jika pun mereka kembali bekerja, diberikan fasilitas memadai (child care) yang memungkinkan para ibu membawa anak-anak mereka.

Kebijakan ini menggambarkan bahwa pemerintah dan elemen masyarakat di sana sangat menyadari bahwa peran ibu dalam mendidik anak begitu penting.

Be Happy Mother and Be Good Guru For Our Kids. (sri murni).

17 comments

  1. Emang jaman sekarang masih ada ya yang nyinyir wanita yang memutuskan 100 persen jadi ibu rumah tangga? Aku punya banyak teman yang memutuskan jadi ibu rumah tangga walau memiliki pendidikan tinggi. Memang sih banyak yang nyinyir, kuliah tinggi2 kok cuma di dapur , kasur sama sumur. Padahal kalau dpikir2 apa nggak sayang ibunya pinter lalu anak2nya dididik (maaf) dengan asisten rumah tangga karena hampir sebagian waktu anak bersama asisten rumah tangga.

    • Betul sekali Mas Danan… Masa ibunya pintar tp (maaf) anaknya dididik sama ART… Ehmmm kasihan dunk anaknya tidak mendapat uluran pendidikan from the first place dr mamanya yg pintar itu… Semoga semakin sedikit org yg nyinyirin para wanita berpendidikan yg memutuskan untuk jadi IRT dan semoga tidak juga berpikiran untuk apa sekolah tinggi kalau cuma urusin dapur, sumur, kasur… Duh, emak-emak kudu pintar dan berpendidikan supaya bisa mendidik anak dgn pintar juga… joss deh Mas Danan….

  2. Menurut saya, justru ibu rumah itu harus berpendidikan tinggi karena merupakan madrasah pertama bagi anak-anaknya.

  3. Yusri Mathla'ul Anwar

    Setuju mbak! Tetap berjuang

  4. InsyaAllah enggak minder. Cuma memang ada kalanya jd suka cari2 kesibukan gtu, supaya enggak bosan dengan aktivitas yg gtu2 aja. Mungkin salah satunya ngeblog ini biosa jd semacam “me time” dan rekreasi dr aktivitas IRT yg enggak abis2 ๐Ÿ˜€

  5. Jujur ya mba, selama ini aku masih blm mau resign dr kantorku, krn aku tau, aku ga bakal kuat jd IRT. Itu kerjaan yg berat tanggung jwabnya dan jauuuh lbh capek drpd kantoran. Makanya aku salut ama semua IRT yg bisa sabaaaar banget dengan kerjaan di rumah yg kdg g abis2. Apalagi yg ga pake asisten. Hebaaat ๐Ÿ™‚ . Siapa bilang itu kerjaan hina dina.. Itu kerjaan paling mulia dgn tanggung jwb paling besar. Dan aku msh blm siap utk bisa seperti itu.

    • Hi Mbak Fanny…senang dikunjungi lagi…. Saya pun belum resign dr kerja mbak tapi alhamdulillah kantor gak full, cuma 2-3 jam di ktr jadi bisa urus rumah n anak tanpa ART. Ya harus berbagi tugas sama hubby… Hehehe… Iya tu jadi IRT itu sangat mulia makanya saya suka emosi kalau ada yg merendahkan IRT…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.