BAGI orang yang tinggal di pulau kecil seperti saya, mendengar tempat wisata yang bentuknya kawah, rasanya bikin penasaran yang teramat sangat.
Bagaimana tidak, saya yang tinggal di Pulau Batam, Kepri, tempat wisata yang tersedia kebanyakan tidak jauh dari pantai dan permainan laut.
Nah, sekali-kali ingin juga menjelajah tempat wisata yang namanya kawah.
Setelah searching-searching, rasanya tertarik untuk mengunjungi salah satu kawah yang penuh pesona yang terletak di Banyuwangi, kota yang di ujung timur Pulau Jawa.
Nama tempat wisata tersebut adalah Kawah Ijen yang terkenal dengan pancaran api birunya atau blue fire yang ada di sekitar kawah.
Apalagi, blue fire di dunia ini hanya ada dua yakni di Kawah Ijen dan Islandia.
WOW…..rasanya pasti menakjubkan bisa melihat secara langsung bagaimana keindahan kawah ini dan pancaran blue fire tersebut.
Kawah Ijen ini berada di dalam kawasan Taman Wisata Ijen. Kawahnya terletak di atas Gunung Ijen yang memiliki ketinggian 2443 meter di atas permukaan laut.
Taman Wisata Ijen sendiri masuk menjadi bagian dua wilayah administratif yakni wilayah Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi dan Kecamatan Klobang, Kabupaten Bondowoso.
Terbentuknya kawah ini bermula dari letusan Gunung Ijen yang kemudian berisikan air hujan dalam debit yang cukup besar.
Yang paling menakjubkan, warna kawah tersebut hijau kebiruan dan tampak sangat kontras dengan pemandangan di sekitarnya yang didominasi warna hitam dan coklat.
Di tambah lagi, adanya asap belerang yang keluar dari pinggiran kawah membentuk pemandangan alam yang begitu indah.
Untuk sampai ke lokasi kawah, pastinya pengunjung harus mendaki gunung Ijen terlebih dahulu.
Biasanya, para pendaki akan bermalam di lokasi agar bisa menikmati pemandangan yang menakjubkan saat sun rise pagi hari serta melihat blue fire yang hanya bisa dinikmati mata mulai dini hari sampai sebelum matahari terbit.
Blue fire merupakan warna biru yang muncul dari hasil penambangan sulphur (belerang) di areal sekitar kawah.
Nah setelah menjelajah Kawah Ijen, tentunya saya membutuhkan sebuah penginapan yang nyaman dan terjangkau.
Saya pun sudah searching-searching tempat yang sesuai lewat www.traveloka.com.
Pilihannya ada banyak sekali, mulai dari hotel berbintang, non bintang, sampai guest house.
Pilihan saya jatuh pada penginapan tipe guest house.
Bukan hanya pertimbangan budget, tetapi saya memang ingin merasakan tinggal dan berbaur dengan masyarakat sekitar. Dan biasanya guest house memang berada di tengah-tengah pemukiman warga tempatan.
Saya menemukan tempat yang cozy bernama Ijen Resto and Guest House yang terletak di Licin. Ini berarti tidak begitu jauh dari Kawah Ijen.
Dilihat dari struktur bangunannya, guest house ini memang klasik dan tradisional sekali. Bangunannya terbuat dari kayu, berdinding tepas atau gedek yang terbuat dari anyaman bambu, dan beratap genteng.
Di dalam kamarnya tersedia tempat tidur klasik yang memiliki kelambu.
Memang benar-benar berasa hidup di perkampungan tradisional, seperti yang saya inginkan.
Soal tarif, cukup terjangkau. Karena pesan via www.traveloka.com , saya mendapatkan tarif kamar yang diskonnya hampir 50 persen alias hanya Rp 250 ribu semalam.
Untuk urusan kuliner, tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena makanan-makanan tradisional khas Banyuwangi tersaji disini. (sri murni)
Wah.. catet! Kebetulan saya dan suami ada rencana mau ke Ijen.. kayaknya boleh nih dicoba Ijen resto & guesthouse-nya
Wah Mbak Dian Radiata jalan terus de…. iri…. BTW selamat bersenang-senang di Ijen ya…..
Aku belum pernah ke sini lho mbak , kapan ya ke sini
Mas Danan pasti tambah cetarlah kalau kesana….. dengan semua talenta yang dimiliki pasti bisa menghadirkan produk tulisan, gambar, dan video yang mantab dimata….
Saya pengen ke Ijen….sensasinya pasti beda dgn ke Bromo
Wih mantablah Mas Iman…. jangan lupa videonya ya…..
saya pernah juga kesini mbak, tapi siang, jadi ga lihat yang dramatis kayak gini. banyak penambang yang mikul belerang ratusan kilo, kesian banget
Hehehe di balik keindahan blue fire ada derita penambang ya Mbak Rina….
Keren ya Kawah Ijen. Semoga sempat ke sana one day!
Kalau Bang Uma kesana pasti bisa nulis lebih mantab….