SAYA adalah satu di antara sekian banyak orang yang sangat tidak setuju dengan syair lagu Alm Bung Meggy Z yang berbunyi: Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati.
Bagi saya, jauh lebih baik sakit hati ketimbang sakit gigi. Saya bisa mengatakan ini karena saya sudah mengalami kedua-duanya.
Sakit hati karena mantan (dulu ya), sakit hati karena sahabat, sakit hati karena perlakuan orang lain, dan sakit hati lainnya yang ternyata itu tidaklah sesakit gigi yang beberapa bulan lalu saya alami.
Gigi yang sakit adalah gigi graham kedua karena goyang. Gigi ini goyang dikarena trauma saat operasi pencabutan gigi graham bungsu yang ada di sebelahnya.
Ceritanya, gigi bungsu saya mal-posisi karena tumbuh menyamping dan kerap membuat gusi saya meradang.
Alhasil dioperasi sekitar tahun 2015 lalu. Ketika operasi, prosesnya lama sekali sampai kurang lebih dua jam.
Selama operasi, si dokter ntah berapa kali meninggalkan saya dengan mulut menganga karena menerima telepon, membaca SMS, atau ntah apa lagi yang dilakukannya dengan HP-nya.
Saat proses pencabutan pun, serasa si dokter menggoyang sana menggoyang sini gigi saya, sampai rasanya rahang ini mau copot.
Well, setelah selesai operasi saya merasa legah dan berharap masalah malaposisi graham terselesaikan.
Ternyata derita sakit gigi graham tidaklah berlalu dalam waktu lama. Sekitar Oktober 2017, nyeri-nyeri pakai banget gigi graham mulai kambuh lagi. Kali ini graham kedua sebelah kiri. Percis di sebelah gigi graham yang sudah dicabut.
Jangan Dicabut karena Bisa Dirawat
Setelah konsultasi ke dokter gigi langganan, saya berpikir akan direkomendasikan untuk dicabut. Eh ternyata dilakukan perawatan dengan mengonsumsi vitamin C untuk setengah bulan.
Dia pun memberikan obat pereda sakit, anti-radang, dan anti biotik untuk tiga hari. Selama mengonsumsi obat, disarankan tidak menggunakan gigi yang goyang untuk mengunyah.
Dan, tidak lupa untuk menggosong gigi secara teratur setelah makan dan sebelum tidur malam.
Setelah dua minggu, saya datang lagi untuk melakukan pengecekan. Saat itu, rasa sakit di gigi saya sudah hilang dan gigi tidak lagi goyang.
Namun, si dokter melihat bahwa warna gigi saya sudah mulai gelap yang menandakan gigi tidak sehat.
Dia pun memeriksanya lebih teliti. Hasilnya, gigi saya mulai busuk dari dalam. Dia mengatakan, tidak lama lagi gigi saya akan bolong karena adanya pembusukan dari dalam.
Dia menyarankan untuk melakukan perawatan berupa menggosok gigi secara teratur dan banyak konsumsi vitamin C.
Ditambal Separuh
Benar saja prediksi dokter tersebut. Dua tahun setelahnya, gigi tersebut bolong dan hilang hampir separuh. Saya pun cepat-cepat menantangi si dokter untuk melakukan pemeriksaan sebelum gigi nyeri.
Saat itu saya bertanya ke dokter tersebut, apakah gigi saya harus dicabut atau masih bisa dipertahankan karena sudah hilang hampir separuh.
Setelah diperiksa, ternyata akar gigi saya masih kuat dan masih bisa dipertahankan.
Alhamdulillah…. Leganya!
Si dokter pun membersihkan gigi saya dan melakukan penambalan sementara. Tambalan ini berfungsing untuk memastikan kondisi gigi saya sehat sebelum dilakukan penambalan permanen.
Dua pekan setelahnya, saya datang lagi untuk melakukan penambalan permanen. Alhamdulillah, gigi saya yang pernah goyang masih bisa bertahan sampai sekarang.
Untuk proses perawatan gigi dan penambahan sementara, semua biaya ditanggung BPJS Kesehatan. Namun, untuk penambalan permanen saya bayar sendiri karena kualitas bahan tambalannya jauh lebih bagus ketimbang yang ditanggung BPJS.
Semoga sharing ini bermanfaat! (sri murni)
Baca juga: