Foto: Di puncak Olympus yang sedang dalam pemugaran, 22/12/2011.
JALAN-JALAN sendirian keliling Eropa memang mengasikkan dan punya kesan tersendiri. Apalagi jalan-jalan itu dilakukan untuk kali pertama dimana kita tidak tahu siapa yang akan kita temui dan bagaimana sesungguhnya negara yang akan datangi.
Tulisan kali ini, menceritakan pengalaman saya travelling ke Athena, Yunani, khususnya saat saya menginap di hostel empat hari tiga malam yang berada di jantung kota Athena sekaligus ternyata menjadi salah satu pusat prostitusi.
Perjalanan saya ke Athena berlangsung pada 21-24 Desember 2011. Saat itu saya sedang liburan musim dingin dari kampus saya di Bjorkness, Oslo, Norwegia.
Karena saat itu Oslo sedang dingin-dinginnya, saya memutuskan untuk mencari “kehangatan” ke Eropa bagian lain yang winternya gak terlalu, bahkan masih bisa dikategorikan warm.
Athena menjadi salah satu kota tujuan ‘melarikan diri’ dari salju yang tebal di Oslo. Selain itu, karena memang saya ingin melihat Negeri Para Dewa-nya orang Yunani.
Well, untuk mempersiapkan holiday ke Athena, saya sudah memesan kamar hostel backpacker dengan budget mahasiswa. Dengan kata lain, memang saya mencari kamar yang harganya murah.
Saya pun mencarinya dengan searching via hostelbookers.com. Saya sangat suka booking kamar via hostelbookers.com karena memang harganya lebih murah plus harga yang ditampilkan sudah include all in, termasuk biaya tax dan biaya administrasi agent.
Untuk booking, kita hanya diwajibkan membayar 10 persen dari harga kamar, sisanya kita bayar saat kita sampai di hostel yang kita tuju. Tentu saja, uang booking fee tersebut tidak bisa dikembalikan seandainya kita tidak jadi menginap di hostel yang sudah dipesan.
Selain pertimbangan harga kamar murah, pertimbangan lainnya adalah lokasi hostel yang harus dekat dengan daerah wisata utama. Dengan begitu, saya tidak perlu berat di ongkos untuk transportasi dalam kota berkeliling di daerah wisata kota tersebut. Sehingga, semua tempat wisata bisa saya jangkau hanya dengan berjalan kaki.
Setelah searching-searching dengan pertimbangan di atas, ketemulah saya dengan hostel yang sesuai.
Namanya Athens House Hostel. Deskripsi yang tertera di website tersebut, hostel ini terletak di jantung kota Athena, tepatnya di Jalan Aristotelous Nomor 4, Athens, Yunani, Kode Pos 10432. Atau penulisan cara setempatnya 4 Aristotelous Street, Athens, 10432, Greece.
Foto: Jalan Aristotelous Nomor 4, Athens, Yunani. Athens House Hostel tidak juah dari taxi yang berhenti sebelah kiri jalan. Foto saya ambil dari hostel.com.
Letaknya hanya 150 meter dari stasiun Metro Omonoia. Metro adalah sebutan untuk kereta cepat bawah tanah di Yunani. Istilah ini juga digunakan oleh negara-negara lain di Eropa, termasuk Perancis.
Stasiun Metro Omonoia memang stasiun pusat kota. Berjarak cuma 150 meter ke hostel tersebut. Ini berarti, tidak sampai lima menit jalan kaki sudah sampai hostel.
Dari spot-spot wisata utama, seperti Gunung Olympus, museum, dan tempat bersejarah yang mengitarinya juga hanya hitungan 500 meter. Ah…pastinya itu hitungan jarak pendek untuk berjalan kaki.
Tarif sewanyapun hanya sekitar 26 euro untuk tiga malam atau sekitar Rp 350 ribu (kurs waktu itu Rp 13.400 per Euro).
Mendarat di Bandara Athena
Well, akhirnya mendaratlah saya di Bandara Athena pada 21 Desember 2011 menjelang sore. Dari Bandara ke kota, jaraknya sekitar 30 km. Dari Bandara ke kota Athena atau yang biasa disebut Syntagma, tepatnya Terminal Syntagma Square bisa menumpang bus X95 yang beroperasi selama 24 jam.
Foto: Di puncak Olympus yang sedang dalam pemugaran, 22/12/2011.
Dari terminal besar Syntagma Square ke lokasi hostel hanya berjarak 800 meter. Jalan kaki bisa, tapi saya lebih memilih naik Metro ke stasiun Omonoia. Jalur Metro dan stasiun-stasiunnya terletak di bawah tanah.
Begitu kita keluar Metro akan terpampang petunjuk arah di dinding. Tulisannya English dan Yunani.
Begitu keluar dari “Lobang Stasiun Metro Omonoia” langsung tampak pusat kota Athena dan saya tinggal berjalan ke hostel yang dituju.
Tidak ada yang aneh sepanjang saya berjalan kaki. Busana semua orang rapih dan sopan-sopan. Tidak ada yang berpakaian minim karena saat itu memang sedang musim dingin.… Hehehe.
Musin dingin di Athena tidak bersalju, melainkan hanya embusan angin yang lumayan kencang dan berhawa dingin. So wajar saja kalau semua orang berpakain tertutup.
Sesampainya di Athens House Hostel, saya langsung disapa penjaga hotel. Orangnya setengah tua, laki-laki ASIA. Saya lupa menanyakan asal negaranya, tapi dia sudah lama di Yunani dan sudah menjadi warga negara sana.
Orangnya sangat baik. Saya katakan sangat baik karena memberikan kamar spesial untuk saya. Saat booking, saya pesan kamar tipe dom alias domitori yang satu kamar berisi empat orang mix alias campur laki-laki dan perempuan. Ya karena tipe ini memang yang paling murah…hehehe.
Mungkin karena dia melihat saya wanita bertubuh mungil dan mengenakan jilbab, dia tidak memberi kamar yang saya pesan. Melainkan kamar lain yang jauh lebih baik. Tetap tipe domitori, tetapi yang tidak ada tamunya seorangpun alias kosong. Artinya, di kamar itu hanya ada saya sendirian.
“Kamu saya beri kamar kosong ini, karena kamar yang kamu pesan sudah ada penghuninya laki-laki dua orang. Jadi kami lebih aman di kamar yang masih kosong ini,”kata Pak Tua tadi.
Ah rasanya ini seperti “Rezeki anak soleha”….Hehehe.
Foto: Kamar saya di Athens House Hostel dan balkoni di luar kamar saya. Foto saya ambil dari hostelbookers.com
Begitu Keluar Hostel Ditawar “How Much”
Setelah mendapat kunci kamar, saya langsung berbegas meletakkan barang di kamar dan keluar hostel lagi untuk melihat situasi kota.
Beberapa langkah dari pintu hostel, saya berjalan lumayan cepat. Seorang pria berjalan cepat juga di belakang saya. Saya awalnya cuek saja, tetapi ternyata pria itu mendekati saya dari belakang. Dengan bahasa Yunani dia mengajak saya berbicara.
Sambil lalu saya bilang,”What? I do not understand you!”
Saya tetap menyueki dia dan terus berjalan. Si pria tadi tetap mengejar dan langsung berbicara bahasa Inggris.
“How much?” Saya pun terkejut. Apa maksudnya dengan how much?
Saya bilang,”No…no…no…”.
Saya pun langsung masuk ke supermarket yang ada di samping kanan saya jalan. Saat itu saya tidak berpikir macam-macam. Dalam pikiran saya,”Ah itu biasa saja… Laki-laki iseng”.
Di supermarket, saya membeli kebutuhan pokok untuk mengisi perut: roti, keju, selai, kentang, brokoli, mie instan, jus, dan susu. Saya pun sudah melupakan kejadian soal pria tadi karena asik memilih belanjaan.
Seusai belanja, saya keluar supermarket. Sungguh mengejutkan, beberapa langkah dari supermarket itu, laki-laki tadi menghampiri saya lagi dengan menanyakan hal serupa,”How much.”
Kali ini saya agak ketakutan. Saya langsung cepat-cepat jalan meninggalkan dia dan masuk ke hostel. Karena hari sudah magrib, langsung mandi dan sholat di kamar.
Selesai urusan religi, saya membawa belanjaan ke dapur hostel. Biasa, kalau hostel backpacker pasti disediakan dapur plus perlengkapan masak dan makannya untuk para tamu . Tujuannya sudah pasti, agar para tamu bisa masak sendiri sehingga pengeluaran untuk konsumsi lebih irit.
Foto: Dapur Athens House Hostel. Foto saya ambil dari hostelbookers.com
Di dapur ternyata sudah ada si Pak Tua penjaga hostel dan seorang perempuan cantik. Sambil saya meracik makan malam sandwich berisi kentang, keju, dan brokoli, si Pak Tua dan wanita cantik itupun mengajak cerita.
Sayangnya si wanita tadi tidak bergabung dengan kami untuk waktu yang lama. Setelah menghabiskan kopinya, dia langsung keluar entah kemana.
Setelah berbasa-basi soal cuaca, perjalanan di pesawat, dan lain-lain, si Pak Tua mulai mewanti-wanti saya untuk berhati-hati.
“Ehm….berhati-hati kenapa Pak,”tanyaku.
“Iya disini (di daerah hostel ini) tempat wanita gak bener (prostitusi maksudnya). Jadi kamu harus hati-hati,”kata si Bapak dalam bahasa Inggris.
Dari warningnya dia itu barulah saya tersadar apa yang baru saja saya alami sore tadi.
Pantaslah saya ditawar seorang laki-laki. Padahal saya ini tidaklah cantik, (tapi mungkin cukup eksotik bagi mereka karena kulit coklat… Hehehe) juga tidaklah tinggi, melainkan pendek dan berbusana tidaklah seksi karena pakai jilbab.
Dari cerita Pak Tua itu, saya juga tahu bahwa wanita yang duduk di dapur dengan kami adalah salah satu prostitute alias pekerja seks komersil (PSK). Dia sudah lama tinggal di hostel itu, sekitar dua tahun.
Hanya saja, kata si Pak Tua, hostel ini tidak menerima check-in untuk perbuatan seks komersil. Melainkan hanya menerima PSK yang mau tinggal di hostel.
Bahasanya Pak Tua itu kira-kira begini,”Kami tidak mengizinkan mereka terima tamu untuk (maaf) ngeseks di hostel ini. Tapi kalau si PSK-nya mau menyewa kamar disini tanpa melakukan pekerjaannya di hostel ini, kami perbolehkan.”
Apakah kata Pak Tua itu benar atau tidak, saya tidak tahu.
Dari Pak Tua ini juga saya mendapat cerita bahwa Jalan Aristotelous, dimana hostel ini berada, merupakan salah satu pusat prostitusi di Kota Athena.
Ehmmm…. Informasi ini memang tidak tersedia di website saat saya membaca review soal hostel ini sebelum saya booking.
Dari cerita Pak Tua ini juga saya menjadi tidak terkejut selama empat hari tiga malam tinggal di hostel ini selalu “ditawar” begitu melangkahkan kaki ke luar hostel.
Cara Paling Ampuh
Cara paling ampuh yang saya lakukan saat pria hidung belang mendekat hanyalah berkata dengan tegas,” No…no…no… I am not a prostitute!” sambil berjalan sangat cepat dan meninggalkan pria-pria itu di belakang.
Karena saya sudah tahu ternyata hostel saya berada tidak hanya di jantung kota tapi juga jantung prostitusi, saya jadi lebih tertarik mengamati tingkah laku orang-orang di lingkungan jalan Aristotelous. Saya pantau, memang sepanjang siang dan malam, banyak wanita-wanita berdiri di sisi-sisi jalan dan teras-teras ruko sambil merokok dan berbincang dengan lawan jenis.
Saya juga melihat wanita yang sempat bertemu di dapur berdiri di teras ruko di seberang hostel kami.
Saya tidak meng-judge perempuan-perempuan itu adalah PSK, saya cuma mengamati saja.
Saya tidak pindah dari hostel ini ke hostel lain, karena saya sudah merasa nyaman tinggal di dalam hostel itu. Sendirian di kamar yang besar yang bersih, mendapat penjaga hostel yang ramah dan baik, serta dapurnya cukup reprsentatif.
Baca catatan-catatan lain perjalanan saya selama di Athena dan bebera Negara Eropa lainnya. (sri murni)
cerita saya juga bisa dibaca di blog menixnews.wordpress.com
Wow….ruar biasa…klu sy mungkin dah sembunyi aja dlm hostel hihihi…btw sptnya ada typo bulan desember 2016
Iya makasih unizara…. Hehehe harus berani abis da basah Mandi sekalian… Hehehe… Iya udah revisi kok. Makasih da singgah ya uni….
Tulisan Pengalaman Backpacker-an Seorang Diri di‘Jantung Prostitusi’ Athena Yunani nya keren kak menix…???
ditunggu tulisan pengalaman di kota lainnya ya… Hmm, how much..hehehe?
Hehehehe How much do you want to pay for other stories? Hahahahaha
Siappp Hazirwan…. sedang digarap di sela-sela pekerjaan yang lumayan banyak… Hehehehe… sukses selalu ya and thank you da singgah….
Buat buku “greece undercover” bisa sering ke sana tu nik. Apa kbr? Tinggal cr sponsor, trus “wani piro” hahaah…. sukses y!
Hahahaha thanks ya Uullllll idenya….. bisa-bisa…..
wah saya juga rencananya mau nyobain solo traveling nih mbak, tapi keren juga travelingnya ke athena
Wih…. asyik loh solo travelling mas…. mo kemana rencananya?
Pengalaman yg seru pasti deg2an pas da laki2 mendekati hihihi
Hihihi iya mbak….. Ada pengalaman seru lainnya yang nanti saya mo tulis. Saat belanja souvenir ditawari ngopi bareng dan ajakah….. HWHWHWHWHWHW
Jadi penasaran cerita mbak, mbak aku follow nnt di foll back ya mw tahu cerita2 mbak 😁
Wokeh… Wokeh…..
Jujur yaaa, dari beberapa kali traveling ke banyak negara, aku justru lbh suka nginep di area red district :p. Bukan kenapa2, tapi red district itu murah :D. Dan pengalaman yg kita dpt justru seru2. Suamiku prnh dirayu ama wanita psk di beijing dan Clark :p. Pdhl ada aku loooh disampingnya wkwkwkw. Kita berdua sih ketawa2 aja. Pernah juga pas ke Serbia kita lagi2 jalan ke red districtnya, memperhatikan aja gmn suasananya.. Ga serem2 amat kok.
Tapi dari semua aku paling sukaaa bgt pas nginep di hotel esek2 red rose chiang rai. Gilaaa itu hotel niat bgt memang. Kamarnya tematik dan di design sedetil mungkin. Ada arena tinju, ada suasana hutan, ada suasana seperti di pesawat ruang angkasa hahahahhaha.. Juarak lah. Tapi ttp bersiiih, dan murah. Aku ada nulis ttg hotel itu di blogku. Malah seru loh nginep di tempat2 begitu 😀
Wah seru bangets tu mbak hotel esek-eseknya…. ah bertandang ke blog mbak ah….
Mbak…. judul tulisan soal hotel esek-esek itu apa ya? Gak nemu di blog mbak…
Hai mbaa.. Aku baru balik lg k blogmu ini.. Tulisan yg ttg hotel esek2 paling seru di chiang rai itu, red rose hotel. Ntr kalo di search jg kluar kok 😀
Nah yg sy tunggu-tunggu soal tulisan hotel esek2nya…. Siap meluncur… Mamaci ya mbak Fanny….
mbak menik pernah kuliah di eropa ya.. waah kerenn perjalannya udah sampai Yunani, next lanut ditunggu cerita traveling ketampat lainnya 🙂
Iya Alhamdulillah pernah… Hehe
serem amat ya. Aku bisa lari kocar kacir smbl mewek klo ada org tiba2 kyk gt 😀
Hehehhee serem sih memang mbak…. Mrk tu lihat kt kayak ikan hiu mencari mangsa…. Ya ampunnnnn agak mengerikan memang….
Pengalaman yg cukup bikin deg2an ya mba. Beruntung bgt penjaga hostelnya nawarin untuk ganti kamar. :’) ditunggu cerita2 seru lainnya mba hihi
Iya mbak…. Saya selalu bertemu dgn org2 baik selama traveling….
Ngeri juga ya bu.
Tiap keluar kamar di tawar “how much”
Syukur penjaga hostelnya ramaah.
Rejeki mahasiswa sholiha
Wkwkkwwk
Hehehehe iya senangnya di situ penjaga hotelnya luar biasa helpful… karena sesama Asia jadi deh diberi yang terbaik