Angin utara memang kadang menakutkan tapi di sanalah ada tantangan dan kenikmatan
TERIK matahari siang itu, Minggu (28/1/2018), begitu menyengat dan seolah menyambut kedatangan saya dan beberapa teman blogger di halaman depan lobi Nongsa Point Marina and Resort (NPM), Batam.
Di hadapan kami, terpampang pemandangan marina yang indah. Jajaran yacht berbagai ukuran dari yang kecil sampai yang besar berpadu dengan birunya langit dan air laut.
Meskipun terik matahari membuat mata silau dan rasa panas di kulit, namun hanya sinar inilah yang mampu menghadirakan panorama indah laut Nongsa.
Hari itu merupakan hari terakhir perhelatan even tahunan berkelas internasional, 3rd Wonderful Indonesia Nongsa Regatta 2018.
Even yang sudah kali ketiga digelar ini selalu menjadi agenda pariwisata Kepri yang senantiasa saya tunggu-tunggu.
Sebab, even ini menjadi satu di antara sekian banyak pembuktian bahwa perairan Batam merupakan tempat yang sangat cocok untuk wisata bahari, khususnya sea sport lomba kapal layar berskala dunia.
Di even ini saya bisa menyaksikan secara langsung bagaimana para pelaut zaman now memiliki kepiawaian memacu kapal layar mereka dengan memanfaatkan sekaligus menaklukkan keganasan angin utara (Munson) agar bisa menjadi pemenang.
Di even ini pula, saya bisa melihat budak-budak Kepri berlaga menggunakan dinghy (sampan layar kecil) mereka mengalahkan anak-anak lain dari sejumlah negara.
Untuk menikmati bagaimana keseruan Nongsa Regatta ini, memang tidak bisa dilakukan dari pinggir pantai NPM, melainkan harus berlayar ke tengah laut, mendekat ke arena lomba yang berlangsung di perairan Nongsa. Jaraknya dengan pantai NPM sekitar 2 mil.
Perairan ini merupakan perbatasan antara Batam dengan Singapura. Dari sini pun tampak gedung-gedung tinggi negeri seberang.
Meskipun hampir setiap tahun saya menonton Nongsa Regatta, saya tidak pernah merasa bosan karena selalu ada hal istimewa yang saya dapatkan.
Tahun ini, 3rd Wonderful Indonesia Nongsa Regatta 2018 setidaknya menghadirkan empat hal istimewa yang membuat para penikmatnya tetap tertantang untuk mengikuti, baik sebagai peserta maupun penonton.
1. Excited Berlayar dengan Kapal Rona 1895
Hal istimea pertama adalah keberadaan kapal layar zaman dulu bernama Rona. Kapal kayu ini dibuat 1895, yang berarti kini usianya sudah 123 tahun.
Bagi saya, berlayar dengan kapal layar zaman old adalah momen paling istimewa karena tidak bisa saya dapatkan setiap waktu.
Keberadaan kapal seperti ini pun sudah sangat jarang. Jadi tidak heran, begitu ada momen berlayar dengannya harus dimanfaatkan secara maksimal.
Kapal Rona yang dimiliki seorang warga Australia inilah yang membawa saya bersama teman-teman blogger dan media lainnya ke arena lomba Nongsa Regatta di tengah laut.
Karena jarang-jarang bisa berlayar dengan kapal antik begini, saya pun pastinya mengeksplor isi kapal tersebut.
Sambil berlayar menuju lokasi, saya sempatkan untuk melihat apa saja yang ada di dalam kapal ini.
Kebetulan, selama pelayaran menuju lokasi lomba, angin tidak begitu kencang sehingga kapal bisa berlayar stabil tanpa oleng ke kanan maupun ke kiri.
Kapal ini ternyata memiliki interior yang sangat istimewa.
Kayu-kayu yang digunakan, meskipun sudah berusia lebih dari 100 tahun, masih tampak kokoh dan terawat dengan warna coklat yang mengkilat.
Di dalamnya terdapat bilik-bilik tempat tidur yang jumlah keseluruhannya bisa menampung 10 orang. Letak bilik tidur ini terpisah-pisah, ada di bagian depan dan belakang.
Masing-masing tempat tidurnya tidaklah berukuran besar, melainkan mini yang hanya bisa memuat satu-dua orang.
Masing-masing tempat tidur memiliki kasur yang empuk dan bantal serta seprai yang warnanya cerah; kombinasi biru, coklat, dan putih.
Di samping tempat tidur, terdapat begitu banyak laci-laci yang fungsional untuk menempatkan barang-barang termasuk pakaian dan perlengkapan lainnya.
Selain bilik tidur, juga tersedia satu dapur mini yang dalamnya dilengkapi dengan alat masak modern, seperti microwave, rice cooker, blender, juicer, pemanas air, dan tungku masak. Desainnya layaknya sebuah kitchen set yang mungil tapi lengkap.
Ada pula ruang tamu merangkap ruang keluarga dengan sofa di sisi kanan dan kiri, televisi di bagian depannya, serta buku-buku yang bisa dibaca sambil bersantai. Ruangan ini berada di bagian tengah kapal.
Di depan ruang tamu, tepatnya di bagian bawah tangga, terdapat ruang monitor lengkap dengan alat-alat komunikasinya.
Satu fasilitas paling penting yang ada di kapal ini adalah kamar mandi dan toilet yang letaknya terpisah namun saling berhadapan.
Semua perabot di dalam kapal ini sudah dimodivikasi menjadi lebih modern sesuai tren yang ada, termasuk penggunaan toilet duduk dan shower.
Seorang nakhoda kapal yang akrab disapa Kang Entis menceritakan, Kapal Rona baru beberapa hari sandar di NPM setelah sebelumnya berlayar dari Hongkong ke Batam.
Lamanya berlayar dari Hongkong ke Batam sekitar dua pekan dengan cuaca yang terbilang tenang dan bersahabat.
“Waktu berlayar dari Hongkong, kami ada lima orang. Tapi yang punya kapal tidak ikut. Kalau berlayar jarak jauh, kami kembangkan layar kapal. Kalau sudah dibuka layar, kapal melaju kencang tapi posisinya tidak akan bisa seimbang seperti ini, melainkan miring ke kanan atau ke kiri. Di lautan lepas yang berombak tinggi, air laut itu pasti menghantam dan masuk ke dalam kapal,”kata Kang Entis sembari memegang kemudi di atas Kapal Rona.
Mendengar begitu serunya berlayar jarak jauh, pikiran saya langsung membayangkan film layar lebar produksi Holywood, The Pirates.
Kang Entis yang berasal dari Sukabumi mengatakan, Kapal Rona digunakan hanya untuk wisata keluarga yang punya kapal, tanpa ada misi apapun.
Dia juga bercerita, pemilik kapal ini sengaja memilih marina di NPM karena paling sesuai untuk sandar kapal dibandingkan yang ada di Jawa.
“Marina di NPM ini lautnya tidak begitu dalam, sekitar tiga meteran, jadi sangat cocok untuk kapal seperti ini,”ungkapnya.
Selain itu, NPM menjadi satu-satunya marina di Batam yang memiliki fasilitas berstandar internasional sehingga banyak pemilik kapal mempercayakan kapal mereka sandar baik untuk waktu singkat maupun lama.
Kapal Rona, disamping dilengkapi dengan layar, juga memiliki mesin modern dengan bahan bakar minyak.
Untuk pelayaran jarak pendek, seperti mengantarkan kami ke lokasi lomba yacht, tidaklah sampai mengembangkan layar melainkan hanya menggunakan mesin sebagai penggerak kapal.
Dibandingkan dengan tahun lalu, kapal yang membawa kami ke tengah laut tahun ini memang lebih istimewa.
Tahun lalu kami menggunakan kapal cepat pelesiran berwarna putih bertipe catamaran dengan kode lambung GO yang terbuat dari fiber.
2. Yacht dan Dinghy di Tengah Laut
Cabang yang diperlombakan Nongsa Regatta tahun ini sama dengan tahun sebelumnya yakni yacht, dinghy, dan radio control sailboats.
Hanya saja, untuk peserta tahun ini memang didominasi dari negara luar.
Untuk yacht, pesertanya ada sembilan tim kapal, sama dengan tahun sebelumnya, dengan berbagai ukuran.
Para peserta datang dari Singapura, New Zeland, Amerika dan Inggris.
Peserta yacht, kata Prakash Reddy selaku Marina & Water Sports Manager yang juga ketua pelaksana, memang tidak ada dari Indonesia.
Sedangkan untuk dinghy, pesertanya ada 30 orang yang terbagi atas kelas Laser untuk anak-anak SD dan Optimis untuk anak-anak SMP. Masing-masing kelas ada kategori putra dan putri.
Selain dibedakan dari sisi usia sekolah, bentuk dinghy yang digunakan kedua kelas lomba ini juga berbeda.
Untuk kelas Laser, ujung dinghy-nya berbentuk tumpul. Sementara kelas Optimist, ujung dinghy-nya berbentuk runcing atau lancip.
Tahun ini, peserta dinghy tidak lagi didominasi dari Kepri melainkan sudah dari luar yakni Banten, Kalimantan Timur dan Terengganu Malaysia.
Yang paling istimewa dari perlombaan dinghy tahun ini adalah lokasi lomba yang berbeda dengan tahun lalu.
Jika tahun lalu lombanya dilangsungkan di teluk, tidak jauh dari pantai NPM, tahun ini di tengah laut dan bersebelahan dengan lokasi lomba yacht.
Tonton video lomba dinghy di Instagram @menixnews!
https://www.instagram.com/p/Benby82hs_i/?taken-by=menixnews
Dengan kata lain, lokasi lomba dinghy tahun ini lebih menantang bagi pelayar-pelayar junior.
Sementara untuk kategori radio control sailboat yang dilangsungkan di depan pantai NPM, diikuti enam peserta yang berasal dari Australia, Belanda dan Inggris.
3. Diguyur Hujan
Hal istimewa ketiga sekaligus menjadi tantangan selama menikmati 3rd Wonderful Indonesia Nongsa Regatta 2018 adalah cuaca.
Meskipun kedatangan kami ke NPM awalnya disambut dengan cuaca yang begitu cerah dan matahari yang terik, ternyata begitu kami menonton lomba yacht dan dinghy di tengah laut, cuaca cerah tidak bertahan lama.
Baru sekitar 30 menit berada di tengah laut dan sedang asyik-asyiknya menonton lomba yacht putaran final yang segera dimulai, eh cuaca berubah mendung dan hujan deras pun mengguyur.
Padahal ketika itu, kami sedang berjajar di bagian depan kapal dengan mengarahkan kamera masing-masing ke yacht yang sedang bersiap di garis start.
Terompet pertama pertanda peserta harus siap-siap di garis start juga telah dibunyikan. Namun apa daya, belum lima menit terompet berbunyi, Tuhan berkendak lain dan hujan lebat pun seketika mengguyur.
Alhasil, kami terpaksa berlari mencari tempat untuk berteduh. Karena kapal yang kami tumpangi adalah kapal layar dengan dek yang tidak bertutup, maka kami lari ke dalam kapal dengan baju yang sudah basah.
Sedangkan nakhoda dan dua awak kapal, terpaksa tetap berada di luar dengan kondisi basah kuyup demi menjalankan kapal tersebut.
Tidak hanya kami yang harus pasrah, para peserta yacht dan dinghy pun harus berserah diri karena lomba dihentikan. Mereka pun terpaksa kembali ke pantai.
Tahun ini, diakui Prakash, tantangan terberat Nongsa Regatta 2018 memang cuaca. Secara musim, even ini sudah tepat dilakukan di musim utara karena memang bertiup angin kencang.
Tapi, hampir setiap hari diguyur hujan. Hujan sebenarnya bukanlah kendala bagi peserta selama angin tetap bertiup kencang.
Hanya saja, hujan yang mengguyur ternyata tidak dibarengi dengan angin yang kencang, alhasil lomba tidak bisa dilanjutkan.
“Timing Nongsa Regatta tidak salah karena memang sekarang musim angin utara. Tapi cuaca sehari-hari yang menjadi tantangan lantaran selalu turun hujan,”kata Prakash yang menemani kami di atas Kapal Rano.
Karena sore itu adalah sesi terakhir lomba, setelah para peserta kembali ke pantai, maka lomba tidak dapat dilanjutkan meskipun hujan sudah reda.
Alasannya, ketika hujan reda, hari sudah mulai senja dan malam harinya akan dilangsungkan acara makan malam bersama sebagai penutupan Nongsa Regatta.
Soal cuaca ini, memang sangat berbeda dari tahun lalu. Tahun lalu, sepanjang perhelatan Nongsa Regatta 2017 yang juga berlangsung selama tiga hari, cuaca sangat cerah dan angin bertiup kencang. Cuaca tahun lalu benar-benar kondusif untuk lomba perahu layar.
4. Para Pemenang
Para pemenang tahun ini masih didominasi oleh peserta dari luar negeri. Untuk kemenangan peserta dalam negeri, hanya diraih oleh Dilla Adilya Safitri dari Kepri untuk kategori Optimist Putri.
Selengkapnya, berikut daftar pemenang masing-masing lomba:
a. Yacht :
Juara I : WAKA TERE dari Amerika
Juara II : Singapore Management University (SMUVE)
Juara III : SMUMAD dari Singapura
b. Dinghy :
Juara Optimist putra : Muh Faizuddin Bin Mohd Fauzi dari Terengganu- Malaysia
Juara Optimist Putri : Dilla Adilya Safitri dari Kepri
Juara Laser 4.7 Putra : Umar Al Farouk dari Terengganu – Malaysia
Juara Laser 4.7 Putri : Nur Atikah Binti Mohd Din dari Trengganu – Malaysia.
Para pemenang kategori ini mendapatkan cendera mata dan piala di sumbangkan oleh Jotun, Adidas, dan Patria. Selain itu juga ada dua tablet yang disumbangkan oleh pemilik yacht Vega.
c. Radio Control Sailboats
Juara I : Geoff Shepherd
Juara II : Bart Ouwerling
Juara III : Mark Biggs.
Sebagai informasi, untuk menentukan pemenang lomba yacht dan dinghy digunakan cara yang berbeda.
Untuk lomba yacht, yang menentukan kemenangan ternyata tidak sekedar posisi tercepat tetapi ada rumus-rumus tertentu yang telah ditetapkan oleh International Rating Certificate dengan indikator ukuran kapal, kecepatan dan handicap yang dimiliki masing-masing.
Mengapa bukan posisi tercepat yang menentukan kemenangan? Karena ukuran yacht yang digunakan peserta tidaklah sama semuanya.
Demikian juga dengan jumlah krunya. Yacht yang berukuran besar memiliki tujuh kru, sementara yang kecil memiliki lima kru.
“Sistem penilaian didasarkan pada jenis kapal yang memiliki handicap berbeda,”kata Prakash.
Dalam even bertaraf internasional ini, juga dihadirkan dewan juri bersertifikat internasional sebanyak lima orang, yaitu Leonard Chin dari Malaysia selaku ketua juri, Long Hong Kit dari Singapura, Tan Tee Suan, Iwan Ngantung dan Ramlandan yang semuanya dari Indonesia.
Sementara race officer-nya adalah Diki Zulfikar dari Indonesia yang didukung team Focus Adventure, Marina @Keppel Bay, Raffless Marina.
Kurt Metger, seorang perwakilan pemenang lomba yacht dari tim Waka Tere mengatakan lomba Nongsa Regatta memang mengesankan dan hampir setiap tahun Waka Tere ikut even ini.
Hal paling menantang, katanya, adalah alam dengan cuaca yang terkadang sulit yang membuat semua anggota tim harus berkerja keras dan menjaga kekompakan serta bekerjasama.
Untuk memenangan even ini, Waka Tere juga telah melakukan berbagai persiapan dengan latihan yang baik.
Seorang rekan Kurt juga berpendapat sama. Menurutnya Nongsa Regatta merupakan even yang sangat baik yang menunjukan indahnya alam Indonesia.
Satu hal lagi yang membuatnya menyukai even ini adalah sajian kuliner yang sungguh lezat dan fantastis.
Acara Nongsa Regatta 2018 ditutup dengan gelaran makan malam serta penyerahan hadiah bagi para pemenang di halaman depan NPM.
Hadir di acara penutupan seluruh peserta, panitia, perwakilan pemerintahan, dan media.
Ketua Tim Percepatan Pengembangan Wisata Bahari dari Kementerian Pariwisata Republik Indonesia Indroyono Soesilo juga hadir.
Di malam itu, dilangsungkan juga penanugerahan 5 Gold Anchor dari Marina Industries Association yang diserahkan Colin Bransgrove – Executive Officer dari Marina Industries Association kepada Mike Wiluan selaku Presiden Direktur Nongsa Resorts yang disaksikan Indroyono dan seluruh undangan.
Prakash mencatat, Nongsa Regatta 2018 telah diikuti sekitar 600 orang baik peserta, penonton, maupun para awak media dan blogger.
Sedangkan acara penutupan sendiri dihadiri oleh kurang lebih 300 orang.
Semoga Nongsa Regatta makin membahana setiap tahunnya. Jayalah wisata bahari Batam, Kepri, dan Indonesia! (sri murni)
Untuk melihat keseruan Nongsa Regatta 2017 bisa dibaca tulisan saya di bawah ini!
2nd Wonderful Indonesia Nongsa Regatta 2017: Wujud Kejayaan Wisata Bahari Batam
Wah asyik banget ya bisa traveling bgini. Pengalaman yang berharga banget.. aku jadi mau juga …
Iya mbak asyik bangets… Ayuks Mbak ikutan tahun depan. Biasanya Januari ada terus…. Kabari ya kalau mau ikutan biar bareng….
Sayang nih ngga bisa ikut kemaren karena mendadak pusing kami berdua. mungkin karena cuaca terlalu terik. jadi kami memutuskan untuk pulang. Padahal udah sampai sejak jam 12 siang. Hahaha
Ooooo iya iya… ak dengar mas Akut ada di lokasi dan si Markom sempat lihat tapi kemudian menghilang…. Ternyata pusing toh…. Iya sih memang waktu sampai di sana panas bangets, terus da di lautnya eh justru hujan….
Baca artikel teman-teman tahun lalu ama tahun sekarang tentang Nongsa Regatta, jadi tertarik nak lihat langsung deh mba.
Iya Mbak… tahun depan ikutan ya, biar josss
Kepulauan Riau punya daya tarik yang luar biasa. Dan bisa menjadi daya tarik luar biasa dan nilai jual yang tinggi. Dalam kapal Rona nya keren juga ya ternyata. jadi kepingin naik kapalnya
Tapi di Nongsa Point Marina ini konon biaya parkir kapal sama dengan biaya nyekolahin anak kuliah ke inggris wkwkwk *lebay*
Alhamdulillah kami seru waktu hari sabtu, cerah cuacanya, agak mendung aja sich ada media Batamtv dan Pak Erson Gempa Afriandi dispar Natuna.
Wah Mbak Asih beruntung deh kalau begitu… hehehe
Kapal Rona datang lagi ya. Asyik tuh lihat-lihat bagian dalamnya!