JALAN-JALAN ke Kabupaten Lingga yang menyimpan begitu banyak kekayaan sejarah Kerajaan Riau-Lingga serta keindahan alam laut dan Gunung Daik, kini semakin mudah dilakukan. Pilihan transportasi sudah memadai karena ketersediaan kapal yang cukup banyak dan juga ketersediaan pesawat udara, Susi Air.
Sebelum bercerita tentang transportasinya, penting rasanya kita ketahui dahulu informasi singkat tentang Kabupaten Lingga yang dibentuk pada 2003 lalu. Luas keseluruhan kabupaten ini adalah 211.772 km2 dengan luas daratan haya 2.117,72 km2 (1 persen) dan lautan 209.654 Km2 (99 persen).
Lingga juga memiliki banyak pulau. Total pulaunya 531 buah baik yang besar maupun yang kecil. Dari ratusan pulau ini, ternyata 447 buah belum berpenghuni. Dua pulau besar di Lingga yang sangat direkomendasikan untuk dikunjungi adalah Pulau Singkep atau dikenal dengan Dabo Singkep dan Pulau Lingga atau Daik Lingga, dimana ibukota Kabupaten Lingga berada.
Nah, pada tulisan ini, saya akan menceritakan pengalaman saya menjelajah Kabupaten Lingga bersama Tim #JelajahKonektivitasHati selama tiga hari dua malam, dari 7-9 Desember 2018. Paparan kali ini saya fokuskan pada jenis transportasi yang dapat dipilih saat akan menjelajah Kabupaten Lingga, dari Tanjungpinang dan Batam.
1. Pesawat Susi Air
Kabupaten Lingga telah memiliki satu bandara yakni Bandara Dabo di Dabo Singkep. Jalur penerbangan dari Batam dan Tanjungpinang ke Dabo Singkap juga sudah dibuka sejak beberapa bulan lalu. Dan, satu-satunya pesawat yang saat ini melayani rute penerbangan itu adalah Susi Air, baik dari Batam maupun Tanjungpinang.
Tim #JelajahKonektivitasHati yang berjumlah enam orang berangkat dari Tanjungpinang-Dabo pada Jumat (7/12/2018) lalu. Mengapa tidak dari Bandara Internasional Hang Nadim Batam? Karena sebagian anggota tim berada di Tanjungpinang. Lagipula, bagi saya pribadi lebih memilih dari Tanjungpinang karena belum pernah melihat dan terbang dari Bandara Raja Haji Fisabilillah (RHF).
Pesawat Susi Air yang membawa kami terbang adalah berbadan kecil, berbaling-baling tunggal dan berjenis Cessna Grand Caravan. Kapasitas pesawat ini hanya 12 orang, tiga untuk pilot dan co pilot, serta cadangan. Sementara yang dijual ke penumpang hanya sembilan tempat duduk.
Ini merupakan pengalaman pertama bagi saya terbang dengan Susi Air. Kami dijadwalkan berangkat dari RHF ke Bandara Dabo pada pukul 12.00 WIB. Sebelum jarum jam menunjukkan tengah hari, pesawat sudah ready dan kami pun langsung diminta untuk boarding dan memasuki pesawat.
Begitu berada di samping pesawat, saya langsung berkata,”Ya ampung pesawat kecil sekali… Bismillahirohmannirohim….”
Apakah ada was-was? Ya tentu saja saya was-was karena naik pesawat sekecil ini. Tapi syukurnya, pilot yang bernama Capt Barnabas (berdarah Etopia-Italia) dan co-pilot Attila, menyambut kami dengan ramah. Aura keduanya membawa pengaruh positif bagi saya yang sedang cemas ketika itu.
Hanya ada enam penumpang yang dibawa Susi Air saat itu. Semuanya adalah anggota Tim #JelajahKonektivitasHati. Jadi, naik pesawat ini serasa carteran pribadi karena tidak ada penumpang lain. Saya memilih duduk di bangku paling belakang karena lebih lapang dan berharapan dapat melihat lebih leluasa ke luar jendela.
Sebelum terbang, co-pilot Attila memberikan pengumuman singkat tentang aturan penerbangan terutama soal larangan merokok dan tata cara penyelamatan. Dia menyampaikannya dalam bahasa Indonesia seraya membaca buku petunjuk yang dipegangnya.
Tepat sekitar pukul 12.26, pesawat tinggal landas dengan sangat mulus dan didukung cuaca yang cerah karena baru saja usai hujan lebat. Meskipun berbadan kecil, tidak terasa goyangan berarti. Pesawat terus naik sampai sampai ke ketinggian maksimum 10.000 MDPL (meter di atas permukaan laut).
Karena terbang pendek, tentu saja pemandangan di bawah pesawat bisa terlihat dengan jelas. Tampak daratan Pulau Bintan yang sudah kurang hijau karena telah digunakan untuk lahan pemukiman dan industri.
Hal ini sangat berbeda dengan Pulau Dabo dan Lingga yang masih tampak sangat hijau dengan hutan yang lebat. Dari atas pesawat pun kami bisa melihat keindahan Gunung Daik serta hijau toskanya laut yang mengelilingi Kabupaten Lingga.
Setelah terbang kurang lebih 35 menit, kami pun mendarat dengan mulus di Bandara Dabo. Dari bandara ini, kami langsung menuju ke Kota Dabo dengan menggunakan mobil carteran yang sudah kami pesan sebelumnya. Jarak dari Bandara ke kota tidaklah jauh, hanya memakan waktu sekitar 15 menit.
Untuk transportasi umum, di Bandara ini memang belum tersedia. Bagi penumpang regular, bisa menggunakan jasa ojek maupun sewa mobil.
Pagi penumpang yang hendak melanjutkan perjalanan ke Daik, Lingga, bisa langsung naik mobil carteran ke Pelabuhan Jago, kemudian naik speed menyeberang ke Pelabuhan Penare yang hanya memakan waktu sekitar 15 menit.
Pemesanan Tiket Susi Air
Untuk menggunakan moda transportasi Susi Air, pemesanan tiketnya baru bisa dilakukan secara manual karena belum tersedia di online. Untuk pemesanan bisa langsung ke perwakilan Susi Air yang ada di Tanjungpinang maupun Batam, dengan menghubungi kontak di bawah ini:
- Tanjungpinang dengan Supri: +62 811-6177-701
- Batam: 081266662415
Untuk harga tiket, dari Tanjungpinang ke Dabo adalah Rp325.000 per orang. Untuk jadwal terbang, sementara waktu menyesuaikan dengan kebutuhan penumpang.
2. Kapal Laut
Selain terbang dengan pesawat, moda transportasi lain yang bisa dipilih jika hendak ke Lingga adalah dengan menumpang kapal. Untuk pilihan kapal tersedia baik dari Batam maupun Tanjungpinang.
Perlu diingat, sebelum membeli tiket kapal, kita harus menentukan terlebih dahulu pelabuhan tujuan, apakah ke Dabo Singkep atau ke Daik, Lingga. Untuk ke Dabo Singkep, tujuan pelabuhannya adalah Pelabuhan Jago. Dari pelabuhan ini ke Kota Dabo, lumayan jauh dan memakan waktu sekitar 30 menit naik mobil. Dari sini tersedia transportasi berupa ojek dan mobil berpenumpang ramai-ramai dengan tarif Rp50.000 per orang.
Sementara di Daik, ada tigak pelabuhan besar yang tersedia dan letaknya berjauhan. Ketiganya adalah:
- Pelabuhan Sei Tenam
- Pelabuhan Pancur
- Pelabuhan Tanjung Buton
Dari ketiga pelabuhan itu, Pelabuhan Tanjung Buton merupakan pelabuhan yang paling dekat dengan Kota Daik, hanya kisaran 10 menit naik motor ataupun mobil. Dari pelabuhan ke kota, juga sudah banyak tersedia ojek maupun mobil dengan penumpang ramai-ramai. Tarifnya Rp25.000 per orang.
Sementara dari Pelabuhan Sei Tenam dan Pancur ke kota Daik, memerlukan waktu yang lebih lama sekitar 30 menit dan dengan tarif yang tentu saja lebih mahal.
Jadwal Kapal dan Harga Tiket
Untuk jadwal kapal dari Batam (Pelabuhan Telaga Punggur) dan Tanjungpinang (Sri Bintan Pura) ke Dabo dan Daik, tersedia setiap hari dari pagi, sekitar pukul 07.00 WIB, sampai tengah hari. Demikian pula dengan rute sebaliknya, tersedia setiap hari sekitar jam yang sama.
Beberapa nama operator kapal yang melayari rute tersebut adalah Ferry GEMBIRA, Lingga Permai, dan Super Jet. Kapal-kapal ini juga menyinggapi beberapa pelabuhan di sejumlah pulau yang dilewati.
Untuk harga tiket, besarnya berbeda-beda tergantung pelabuhan yang dituju. Rute Tanjungpinang-Pancur misalnya, harganya sekitar Rp160.000 per orang.
Pengalaman saya dan Tim #JelajahKonektivitasHati, dari Daik ke Tanjungpinang, kami berangkat dari Pelabuhan Pancur, Minggu (9/12/2018). Kami menumpang feri Gembira Lima. Feri berangkat sekitar pukul 07.20 WIB.
Kami memilih naik dari Pelabuhan Pancur karena sebelumnya kami menyempatkan diri menyusuri Sungai Resun, the Little Amazon-nya Kepri. Dari Pelabuhan Resun ke Pancur memakan waktu sekitar 30 menit dengan menggunakan sampan kecil.
Sesampainya di Pelabuhan Pancur, kami sarapan pagi di warung kopi sembari menikmati pemandangan indah bagian dari Gunung Daik yang membentang di depan pelabuhan tesebut.
Selama pelayaran ke Tanjungpinang, Feri Gembira sempat singgah ke beberapa pelabuhan yang dilewati di antaranya Sei Tenam, Tanjungbiru, dan Pulau Duyung.
Nah, my blog readers, sekarang sudah tahu kan kalau hendak jalan-jalan ke Lingga itu sudah gampang dan murah. So, kapan lagi kita jalan? (sri murni)
Beuhhh cakepppp, dulu pernah ke Dabo Singkep naik kapal ferry dah lumayan lama sih hehe. Dan ternyata sekarang ada pilihan pesawat nih wah asik nih jadi pengen main ke Dabo lagi
wah. 35 menit aja yaa perjalanan dengan susi air? saya pernah naik feri dari pinang ke dabo, lamanyaaaaa bukan main. tapi memang ongkos dengan feri juga lebih terjangkau ketimbang dengan pesawat.
Sudah lama pengen ke Lingga tapi selalu kebentur waktu dan Dana.. hiks..
Wahh naik Susi Air.. Pesawatnya kecil aja ya, Mbakk. Penasaran pengen naik, euy..
Dari Batam juga sudah ada langsung terbang ke Dabo, naik express Air. Pengen nyobain ah kapan-kapan.
saya pengin banget ke kabupaten lingga
tp belom kesampaian
masih masuk wishlist
semoga nanti tercapai
makasih udah kasi referensi yang bagus banget nih mba
jadi ga tanya tanya lagi gimana mau kesana
Mbak, mntk info dong klo dr batam itu mau ke daik lingga lwt plabuhan mna, trus jaduwal kberangkatan ny jg.. klo ada, mksh.
Halo Mas… sorry ya baru respon. Untuk dari Batam ke Lingga tidak ada lagi kapal langsung. Harus melalui Tanjungpinang. Jadi masnya ke Pinang dulu via Pelabuhan Telaga Punggur. Dari pinang baru lanjut ke Daik via pelabuhan Sri Bintan Pura. Itu pelabuhan yang sama dimana mas berlabu dari Batam ke Pinang.
Mau nanya mbak, dari punggur batam ke daik lingga ada jalur keberangkatannya gak ya mbak? Mkasih
sekarang dari Batam ke Daik da gak ada lagi kapal. Harus dari Pinang semua.
Duh,,pesawatnya kecil banget mba, gak berani deh kayaknya. Kalaupun pergi kesana, mungkin milih naik kapal laut aja kali ya. hehehe
waaah makin banyak pilihan transportasinya ya… tinggal siapkan duit dan waktu aja biar bisa menejelajah lingga 🙂
Yuks kakak menjelajah Lingga… aku pengin ke air terjun yang tinggi itu…
kapan ke Dabi lagi.lagi cari barengan nih
Hehehe belum tahu nih, karena lagi punya baby jadi “terpenjara” sementara.
Insha Allah, dengan izinNya, berazam utk ke Dabo Singkep & Daik Lingga..moga dipermudahkan…Salam sayang dr Pahang, Malaysia❤️
Salam juga dr Dabo…. Kapan nak datang?