WEEKEND INI mau kemana? Aktivitas apa nih yang ingin dilakukan bareng para crucils? Dua kalimat ini senantiasa saya tanyakan ke teman-teman baik teman kantor atau teman-temen lainnya saat weekend.
Bagi saya, pertanyaan ini begitu penting untuk mengingatkan para mommies dan daddies agar tidak lupa meluangkan waktu sepekan sekali spesial untuk para crucils mereka. Mengapa? Karena piknik keluarga berperan sangat penting bagi psikologi para crucils dan kehangatan keluarga.
WELL…. bicara soal tempat weekend yang cocok untuk keluarga, tentu saja banyak destinasi yang bisa dipilih, mulai dari pantai, taman, kolam renang, arena olahraga, hotel, resort, dan lainnya.
Nah, weekend minggu ketiga Jauari 2017 lalu, tepatnya Jumat (20/1), saya bersama duo crucils, Azka dan Kenzie, dan suami serta beberapa temen blogger (Lina Sasmita dan putrinya bernama Chila, Ruziana, dan Roy Vandi) berkesempatan mencicipi weekend di salah satu resort paling kece di Batam yakni Turi Beach Resort yang berlokasi di pesisir barat Pulau Batam, Kepulauan Riau (Kepri).
Dari tempat tinggal saya, resort ini tidak begitu jauh sekitar 30 menit naik mobil. Untuk sampai ke resort ini memang diharuskan pakai kendaraan pribadi. Sebab, tidak tersedia kendaraan umum yang langsung ke lokasi.
Andaikan menggunakan kendaraan umum pun, memerlukan waktu yang cukup lama kurang lebih satu jam. Anda bisa menumpang angkot trayek Jodoh-Nongsa (Jono) (bentuknya L-300) dengan rute Jodoh, Nagoya, Batam Centre, Batu Besar, dan Nongsa. Turunlah di pemberhentian terakhir (Kampung Melayu Nongsa) kemudian naik ojek atau taksi ke Turi Beach.
Biasanya naik angkot ini, selain untuk ngirit ongkos karena hanya bayar sekitar Rp 10.000 per orang, sekaligus berpetualang. Apalagi bagi yang belum pernah merasakan serunya naik angkot di Batam, ada baiknya dicoba.
Untuk taksi, biasanya bertarif sekitar Rp 150 ribu dari Batam Centre. Sedangkan untuk ojek, sekitar Rp 100 ribu.
Lobi Kece Dimana-mana
Lokasi Turi Beach Resort ini masih dikelilingi hutan-hutan dan jauh dari pemukiman penduduk. Ada tiga resort yang sederet dengan Turi yakni Nongsa Villa, Turi Beach sendiri, dan Nongsa Point Marina and Resort (NPM). Ketiga resort ini dimiliki dan dikelola oleh perusahaan yang sama yakni Nongsa Resort dengan Presiden Direkturnya (Presdir) bernama Mike Wiluan.
Saat kami sampai di sini, hari memang sudah malam, sekitar pukul 20.00 WIB. Saya sendiri memang sudah beberapa kali Turi Beach dan hal yang paling berkesan bagi saya adalah view-nya yang kece bangets plus lobinya yang luas. Bahkan, di setiap lantai ada lobi yang lapang dan tertata apik, dilengkapi dengan tempat duduk kayu-kayu besar serta sofa yang nyaman. Sehingga saya katakan, resort ini punya lobi dimana-mana.
Saat kami menginap, adalah hari-hari menjelang perayaan Imlek yang jatuh pada Sabtu (28/1/2017), lobi Turi pun dihiasa dengan ornamen-ornamen Imlek yang bikin gregetan karena gak tahan untuk tidak selfie.
Di sana ada kereta kuda yang dihiasi ornamen serba merah. Ada juga satu “ruang tamu” yang juga didekorasi serba Tionghoa.
Di dalamnya ada meja dan kursi kayu, rantang merah, kendi, pohon hoki, dan ornamen-ornamen ayam merah yang menggambarkan shio tahun ini yakni ayam api.
Lebih lengkap foto-foto Spot Implek bisa dilihat disini!
Setelah puas berfoto-foto, kami pun menuju meja resepsionis untuk mengambil kunci. Ternyata di sana sudah disiapkan satu bundel welcome greeting lengkap dengan greeting card dari General Manager Turi Beach Bapak Sumantri Endang. Dalam bundel itu juga ada beberapa brosur tentang fasilitas dan event-event di Turi Beach.
Kedatangan kami pun disambut langsung oleh Herlianti selaku Marketing and Communication (Markom) Turi Beach. Setelah cipika-cipiki dan ngobrol sebentar dengan Anti, sapaan akrap Herlianti, kami diantar ke kamar yakni Riani 333 dan 331.
Sebagai informasi, Bangunan Turi Beach ini terbagi tiga sesuai dengan namanya TURI (Triniti, Utama, dan Riani).
Triniti berada di sayap kiri, kemudian sayap tengah atau Utama, dan sayap kanan Riani. Triniti dan Riani merupakan kamar-kamar yang berkonsep villa, sedangkan utama terdiri dari lobi, restoran, dan ruang meeting. Bangunan Riani mayoritas dari kayu sementara Triniti sudah modern dan dibangun permanen.
Kamar Klasik
Bangunan-bangunan villa Turi Beach ini bertingkat-tingkat mulai dari yang terletak di pinggir pantai, kemudian berjenjang ke dataran yang lebih tinggi.
Kamar Riani 333 dan 331 sendiri terletak di dataran yang agak tinggi. Sehingga, kami harus berjalah turun dari lobi, kemudian naik lagi ke lokasi kamar. Bagi yang tidak ingin jalan kaki, mobil hotel siap sedia mengantari sampai ke depan kamar. Namun, karena kami memang hobi berjalan kaki, kami pilih melangkah sambil menikmati suasa malam yang remang-remang.
Bangunan villa kami terbuat dari kayu dan berjarak kurang lebih 200 meter dari bibir pantai. Pemandangan dari teras kamar lumayan indah meskipun terhalang dahan-dahan rimbun yang memang menghijau di resort ini. Tersedia satu sofa yang bisa digunakan untuk nyantai sambil memandang ke laut.
Begitu sampai di kamar, kami disambut dengan dekorasi kamar yang bernuansa klasik dengan dominan warna putih.
Tipe kamarnya adalah deluxe twin. Ada satu ekstra bed yang sudah disediakan di kamar tersebut. Sebenarnya ini bukan ekstra bed tetapi sofa bed, sofa yang bisa dibentangkan menjadi bed sebagai tempat tidur tambahan di kamar.
Satu hal yang bikin duo crucils saya excited begitu masuk kamar ini adalah adanya hiasan handuk yang dibentuk menyerupai gajah dan anjing di tengah tempat tidur. Kemudian ada taburan bunga kamboja di sekelilingnya.
Secara sekilas, kamar ini seperti minim perabot karena yang tampak dari luar hanyalah spring bed, nakas, TV, dan meja kerja. Sedangkan lemari tersimpan apik di balik dinding. Demikian juga minibar yang tersimpan rapi di bawah meja kerja.
Kamar mandi, juga disembunyikan di balik dinding di sebelah lemari. Pintunya menggunakan pintu dorong dengan warna dan motif yang sama dengan dinding kamar.
Lebih lengkap foto-foto kamar bisa dilihat disini!
Mengejar Sunrise
Dari kabar yang diterima dari kolega-kolega yang pernah menginap di Turi Beach, sunrise dan sunset di sini, cakep seperti bidadari dan bidadara (lebai).
Tapi beneran, kata orang-orang, sunrise dan sunset di sini memang cantik. Karena kami tak sempat melihat sunset, kesempatan yang tersisa adalah sunrise. (Bisa saja sih berburu sunset saat tidak menginap di Turi, tapi pengalamannya akan berbeda pasti).
Keesokan harinya, selepas sholat Subuh, sekitar pukul 5.45, kami pun ke luar kamar dan turun ke pantai. Di pantai Turi ini, terdapat fasilitas jetty yang menjulur ke laut dengan panjang 220 meter. Di tengah jetty ini terdapat cafe bernama Nusa Dua yang didesain menyerupai Nusa Dua Beach di Bali dimana ada pura terletak di tengah pantai.
Awalnya, kami mengiri dari jetty ini akan tampak sunrise yang memesona, tapi ternyata tidak. Untuk mendapat foto pemandangan sunrise yang indah, kami harus berjalan menyusuri jogging track pesisir pantai sebelah kanan Turi Beach.
Sebenarnya, jogging track ini sedang ditutup untuk umum, karena sedang dalam renovasi. Tapi (maaf ya Pak Sumantri dan Anti) kami menerobosnya demi dapatkan foto-foto kece sunrise yang tidak tiap hari kami lihat di lokasi ini…..
Dan benar saja, begitu sampai di lokasi jetty kedua, matahari sedang cantik-cantiknya. Di tambah lagi ada seorang nelayan yang sedang mencari udang. Uh…. pemandangan di foto pun samakin kece.
Yang hobi selfie-selfie, serasa gak puas-puas mengabadikan wajahnya dilatarbelakangi dengan warna sunrise yang orange bercampur sedikit merah dan kuning.
Lebih lengkap foto-foto kamar bisa dilihat disini!
Blue and Green Swimming Pool
Sebagai resort sekaligus tembat wisata keluarga, Turi Beach menyediakan dua fasilitas kolam renang yang memang sangat dibutuhkan oleh para tamu saat menikmati liburan.
Ada dua kolam dengan ciri khas yang berbeda.
Pertama, blue swimming pool. Nama sebenarnya kolam ini adalah Aqua Pool. Namun, saya menamainya Blue Swimming Pool karena memang warna kolamnya biru. Letaknya berada di sayap utama dan sangat dekat dengan Riani Room. Lokasinya pun tidak jauh dari restoran.
Keistimewaan utama kolam ini adalah dari desainnya yang sangat tropis dengan pemandangan pohon-pohon kelapa di sekelilingnya, ditambah pohon-pohon yang hijau dan gazebo-gazebo terbuat dari kayu. Apalagi, jaraknya juga tidak jauh, hanya sekitar 50 meter, dari pantai. Sehingga, difoto dari lantai atas, pemandangan kolamnya memang cantik.
Para crucils saya memang paling suka dengan kolam ini karena adem, meski renangnya agak kesiangan. Plus, spotnya banyak (bukan kolam renang yang bentuknya persegi empat), sehingga mereka seperti punya area petak umpet tersendiri di dalam air.
Kedua, green swimming pool. Aslinya kolam ini bernama Emerald Pool. Saya namai Green Swimming Pool karena memang warna kolamnya hijau.
Letak kolam ini di sayap Triniti. Kolamnya terbagi dua, untuk anak-anak (bagian atas) dan untuk dewasa. Bagi tamu yang memang ingin berenang, kolam ini bisa dijadikan pilihan.
Posisi kolam ini juga langsung berhadapan dengan laut sehingga pemandangannya juga sangat bagus. Namun, kolam ini tidaklah serindang kolam Blue Swimming Pool.
Lebih lengkap foto-foto swimming pool bisa dilihat disini!
Selain menikmati dua kolam renang ini, tamu hotel juga bisa menikmati beragam aktivitas sea sport atau olah raga laut, di antaranya water sky, kayak, banana boat, dan lainnya. Untuk olahraga ini memang tidak gratis.
Selain itu, di tepi pantai, tersedia lapangan volley dan arena untuk team building. So, bagi organisasi dan institusi baik swasta maupun pemerintah yang hendak family gathering atau outbound, bisa memanfaatkan fasilitas yang tersedia di sini.
Breakfast Time
Di saat menginap di hotel berbintang dan resort begini, momen sarapan pagi alias breakfast memang menjadi hal yang paling saya tunggu-tunggu.
Apalagi Turi Beach, yang selama ini tersohor dengan aneka hidangan makanan yang serba wah dengan aneka ragam rasa dan rupa. Ada ala Nusantara, Asia, maupun Western. (Gak heran ni kalau body makin nambah ke samping ya…hehehe).
Nah, apakah yang istimewa dari restoran Turi Beach untuk sarapan paginya?
Menu pertama yang menarik sekaligus menantang bagi saya adalah noodle soup atau sup mi.
Kok menantang? Kan biasa saja noodle soup dimana-mana juga ada!
Menantang, karena yang membuat noodle soup ini harus kita sendiri. Ibaratnya, kita belajar jadi pedagang yang mencelur segala macam bahan, kemudian meramu tambahannya, dan menyajikannya sendiri.
Di stall noodle soup sudah tersedia bahan seperti mi kuning, aneka sayur, potongan bakso ikan, cabai, daun sub – daun bawang, dan lainnya. Di sana juga tersedia dua panci untuk mencelur mi dkk, serta kuah supnya.
Menu kedua, adalah rati canai atau prata berkuah dal. Menu ini istimewa bagi saya karena saya jarang menjumpai prata berkuah dal. Selama ini, setiap makan prata di Batam kuahnya kare ayam maupun daging. Ada juga prata dimakan dengan gula.
Saat lihat prata berkua dal, saya langsung teringat ketika makan menu serupa di salah satu kedai India di Malaka pada November 2016 lalu.
Kuah dal ini, sebenarnya adalah kuah dasar, bisa dikatakan paling sederhana, temennya prata. Bahan pembuatnya adalah kentang yang dimasak hingga hancur bersama bumbu kare.
Menu ketiga, omelet. (Hehehe), kalau yang satu ini memang menu paling saya suka. Di manapun saya menginap, selama ada omelet pasti saya wajib coba. Padahal, rasanya juga hampir sama di setiap hotel. Tapi karena saya suka, ya sudah pasti disantab.
Dan sepertinya omelet ini jadi menu favorit banyak tamu juga. Terbukti, Mbak yang bertugas masak omelet tidak pernah istirahat karena selalu ada pesanan. Padahal, sekali membuat, dia langsung menghasilkan tiga omelet. Begitu matang, langsung ludes….. Hehehe.
Menu lainnya. Seperti halnya standar hotel berbintang empat ke atas, selain menghadirkan live cooking stall, tersaji beraneka ragam menu western dan nusantara. Dari western ada salad dengan beragam rasa mayonnaise ditambah yogurt buah naga dan plain, roti bakar lengkap dengan aneka selai, sereal plus fresh milk, hot muffle, aneka kue, sosis, cup cake, aneka bakery dan lainnya.
Sementara dari nusantara, ada bubur ayam, mi goreng, nasi goreng, nasi kuning dan lainnya.
Untuk minumannya, tersedia orange juice, dan lainnya teh dan kopi. Tidak ketinggalan aneka buah potong: semangka, pepaya, melon, dan lainnya.
Satu hal lagi, restoran ini terletak di lantai dua dengan pemandangan pantai dan laut yang sungguh menyegarkan mata.
Spot-Spot Photogenic
Berada di Turi Beach Resort ini, rasanya memang tidak puas-puas untuk mengabadikan setiap tempat yang dijumpai. Bagaimana tidak, spot-spotnya kece-kece semua untuk difoto-foto. MEMANG TURI INI PHOTOGENIC!
Di areal lobi utama saja, selain ada spot khusus perayaan Imlek, terpampang gamelan, gong, durian berbadan gajah yang punya cerita menarik tersendiri, dan taman-taman yang cantik lengkap dengan kendi-kendi berukuran besarnya.
Melangkah ke belakang lobi utama, terdapat satu jembatan semi “terowongan” yang dibuat dari kayu. “Terowongan” ini merupakan jalan penghubungan antara sayam utama dan sayap Triniti serta bagian lainnya.
Turun ke lantai dua, tepat di bawah lobi utama, juga terdapat lobi lain yang ukurannya juga besar dihiasi ornamen-ornamen perpaduan budaya nusantara.
Bahkan pintu-pintu ruang meeting, hall, dan office Turi Beach saja bisa dijadikan spot foto yang kece karena pintunya penuh dengan ukiran penari bali yang sangat halus dan detail.
“Pintu office kami ini memang seriang dijadikan tempat foto wisatawan. Kadang saya pas mau keluar kantor, buka pintu kaget karena banyak orang-orang mengambil foto,”kata Anti saat mengajak kami berkeliling.
Spot-spot kece lainnya sangat mudah didapat di areal kolam renang, kamar, dan sepanjang pantai serta jetty.
Di pantai, tidak jauh dari blue swimming pool, tersedia ayunan bawah air. Jika air pasang, ayunan ini memang berada di dalam bawah air.
JIKA ANDA MENGINAP DI TURI BEACH RESORT BATAM JANGAN SAMPAI TERLEWAT
Waaah saya nggak sempat ke ayunan ini. Meski balik sekali lagi nih ke sana.
Hehehe iya teh… kalau gak sempat itu tandanya disuruh kesana lagi…..