Home / Inspirations / Agar Lancar Melahirkan Normal, Bumil Dianjurkan Renang Jelang HPL
English English Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia
Kolam khusus dewasa Harris Resort Barelang. Photo by menixnews.com

Agar Lancar Melahirkan Normal, Bumil Dianjurkan Renang Jelang HPL

MOMS and DADS, kali ini saya sharing pengalaman manfaat berenang bagi ibu yang akan melahirkan secara normal. Manfaat renang ini sangat saya rasakan ketika melahirkan anak kedua saya yang bernama Kenzie Praveena PMR. Dia lahir pada 20 September 2013 lalu. Jarak lahirnya sekitar 2,8 tahun dari si sulung, Dhabita Ghamini Azka PMR. Dan, saat ini pun saya renang menjelang HPL anak saya yang ketika.

Kolam khusus dewasa Harris Resort Barelang. Photo by menixnews.com

Sejak kehamilan bulan pertama sampai melahirkan, Kenzie termasuk anak yang tidak merepotkan. Tidak ada morning sickness yang berarti. Meskipun tetap ada muntah-muntah namun masih dalam tahap wajar dan saya tetap bisa bekerja full time tanpa harus mengambil cuti sampai pada hari melahirkan.

Ini memang berbeda dengan kehamilan ketiga yang cukup merepotkan dan membuat saya sempat dirawat inap karena terjadi kontraksi prematur saat kehamilan memasuki usia 6.5 bulan.

Lebih lengkap tentang kehamilan ketiga bisa dibaca di sini ya! https://menixnews.com/kehamilan-dengan-kontraksi-prematur/ 

Dua hal yang paling saya ingat saat ngidam mengandung anak kedua ini adalah pertama, saya sangat sulit minum air putih biasa. Apapun cairan yang masuk ke dalam tenggorokan kudu panas atau dingin. Bahkan, saya bisa meminum air putih yang baru mendidih. Sudah seperti pemain jarang kepang saja ya! Hehehe.

Kedua, saya sangat benci dengan makanan bakso. Maaf ya para penjual bakso karena ini bawakan orok. Kata orang ngidam itu bisa diatasi dengan sugesti positif. Saya sudah melakukannya, tetapi untuk dua hal ini benar-benar saya tidak bisa. Setiap tukang bakso lewat rumah, saya selalu bersembunyi agar tidak mencium bau bakso. Demikian pula setiap kali melewati warung bakso, saya selalu menutup muka agar tidak melihatnya.

Nah, ajaibnya sehari sebelum saya melahirkan Kenzie, saya sangat ingin makan bakso dan menyantapnya dengan sangat lahap. Ah, terkadang bawaan orang hamil memang aneh-aneh.

Sudah Mendekati HLP, Baby Belum Masuk Panggul

Seperti saya sampaikan sebelumnya, dari awal kehamilan sampai menjelang HPL semuanya berjalan lancar. Hanya saja, ada satu masalah yang sempat mendera dan membuat saya khawatir yakni di hari terakhir jadwal kontrol ke dokter langganan sebelum HPL, ternyata posisi bayi belum masuk panggul. Padahal ketika itu usia kandungan sudah masuk sembulan bulan lebih. Kata dokter, seharusnya jabang bayi sudah masuk panggul. Saya pun disarankan untuk banyak jalan.

Setelah baca-baca banyak referensi, selain banyak jalan pagi, cara ampuh lainnya adalah dengan banyak jalan jongkok atau mengerjakan pekerjaan rumah dengan cara manual. Misalnya, mencuci baju tanpa mesin dengan posisi jongkok, mengepel dengan kain dan posisi jongkok, serta berenang.

Saya Memilih Berenang

Berenang menjelang HPL untuk memperlancar melahirkan. Photo by menixnews.com

Dari sekian cara yang dapat dilakukan agar kelahiran normal lancar jaya, saya memilih untuk berenang. Alasannya, karena pinggang saya sangat sakit ketika mempraktikkan cara-cara lainnya, termasuk jalan jongkok. Selain itu saya juga memang hobi renang dan olahraga itu membuat saya merasa rileks.

Saat kehamilan pertama, cara-cara tradisional di atas selalu saya lakukan dan saya tidak memilih renang karena ketika itu masih takut jika renang dapat menceriderai saya.

Untuk pengalaman melahirkan anak pertama dimana saya sempat akan dioperasi bisa dibaca di sini ya! https://menixnews.com/melahirkan-normal-atau-sesar/

Untuk kehamilan kedua ini, saya sangat yakin renang adalah solusi terbaik sebelum hari melahirkan. Dan, hal itu terbukti. Setelah pulang dari dokter kandungan, saya pun mengambil paket berenang untuk satu bulan di hotel yang tidak begitu jauh dari rumah.

Saya mulai berenang 10 hari sebelum HPL. Saya berenang setiap malam, selepas magrib, didampingi suami dan anak pertama saya. Mengapa selepas magrib? Karena suami punya waktunya selepas magrib, sepulang kerja.

Hasilnya, Alhamdulillah baru empat kali berenang, keesokan harinya saya sudah melahirkan. Ketika itu adalah Jumat (20 September 2013). Dari pagi saya beraktivitas seperti biasa yakni mengerjakan pekerjaan domestik rumah tangga (bersih-bersih dan masak serta belanja ke pasar). Kemudian mengerjakan pekerjaan kantor yang bisa saya kerjakan di rumah.

Saat sedang di depan komputer, sekitar pukul 11 pagi, saya merasa pinggang saya lelah. Saya pun beristirahat sejenak dengan duduk santai di sofa ruang tamu. Baru beberapa menit saya duduk, saya merasa ada yang “meletus” dalam perut saya. “Tusssss” begitu bunyinya.

Kemudian saya merasa ada cairan yang mengalir  ke paha. Saya sempat bingung, apa yang sedang terjadi. Kemudian saya memeriksanya di kamar mandi. Cairan itu bening dan tidak berbau. Dan saya tahu itu bukanlah air seni, melainkan air ketuban. Ternyata sudah pecah ketuban.

Saya pun langsung menghubungi suami yang sedang bekerja di kantornya. Saya meminta iya pulang secepatnya karena sudah pecah ketuban. Jarak kantor suami ke rumah cukup jauh. Naik motor memakan waktu 30-45 menit.

Ketika itu tidak terasa sakit apapun. Tidak juga ada kontraksi dari rahim. Dengan perlahan, saya memakai pempers dewasa yang memang sudah disiapkan jauh-jauh hari. Saya pun mempersiapkan semua keperluan untuk dibawa ke rumah sakit dimana dokter kandungan langganan saya berpraktik.

Sekitar pukul 12.30 WIB, dia sampai di rumah. Bergegas dia menghidupkan mobil dan menuntun saya serta si sulung naik ke mobil. Kami pun menuju salah satu rumah sakit terbesar di Batam yang jaraknya juga lumayan jauh dari rumah. Waktu tempuhnya sekitar 30 menit.

Sesampainya di rumah sakit, kami menuju UGD. Belum ada rasa sakit apapun ketika itu. Bahkan, saya sempat berjalan-jalan menemani suami mengurus administrasi. Saya pun sempat ditegur seorang suster yang merasa khawatir karena saya jalan-jalan. “Ibu silakan baring saja. Biar Bapak yang urus administrasinya. Nanti bisa-bisa lahiran di koridor ini,”katanya.

Saya hanya tersenyum dan menjawab,”Belum ada rasa sakit kok sus.”

Setelah diperiksa dokter jaga di UGD, dengan menggunakan ambulans milik rumah sakit saya dibawa ke ruang bersalin. Gedung UGD dan ruang bersalin memang terpisah makanya menggunakan ambulans.

Sesampainya di ruang bersalin, ketika itu sekitar pukul 13.30 WIB, belum juga ada rasa sakit ataupun kontraksi. Namun air ketuban terus merembes. Dokter langganan saya langsung memeriksa kondisi saya dan dia mengatakan sudah bukaan tiga. Dia juga memerintahkan perawat untuk memasang infus. Katanya sebagai penambah tenaga.

Rasa mulas dan kontraksi mulai saya rasakan satu jam setelah infus terpasang. Kontraksi terus intens. Dan, sekitar pukul 16.30, saya dipindahkan ke ruang tindakan karena bukaan sudah hampir lengkap. Tidak lama berada di ruang tindakan, rasanya sudah tidak bisa ditahan lagi. Ada yang hendak meluncur dari rahim saya.

Saat itu, dokter belum datang karena masih melakukan operasi cesar pada pasien lain. Saya pun berteriak ke perawat dan bidan yang ada di ruang bersalin. “Tolong nih Bu, bayi saya sudah mau meluncur.”

Mereka pun langsung tampak sibuk mempersiapkan segala sesuatunya sambil berkata,”Sabar bu ya, jangan ngejan dulu. Tahan dulu.”

Kenzie saat baru lahir. Photo by menixnews.com

Setelah semuanya siap, saya pun dibimbing untuk mengejan. Dua kali mengejan, terdengar suara tangisan bayi. Alhamdulillah….. tidak sadar air mata saya mengalir. Si baby girl kemudian diletakkan di atas perut saya. Rasanya bahagia. Sakit kontraksi yang saya rasakan sebelumnya hilang seketika.

Manfaat Renang Bagi Bumil secara Medis

Karena saya bukanlah seorang ahli medis dan cerita di atas hanyalah berdasarkan pengalaman, maka untuk ulasan manfaat berenang bagi ibu hamil, saya sarikan penjelasan dr Michael Triangto, SpKO dari Slim + Health Sports Therapy, Jakarta. Penjelasan ini sudah diterbitkan okezone.com.

1. Masalah BB dan Lutut

Ibu hamil (bumil) biasanya memang memiliki masalah berat badan (BB) dan lutut karena harus menopang berat tubuh yang semakin bertambah dan juga berat janin. Nah, berenang adalah jenis aktivitas non-weight bearing, yakni kegiatan yang gaya gravitasi buminya rendah.

Di dalam kolam, tubuh terasa lebih ringan dan bumil tidak merasa ada beban karena ‘ditopang’ air sehingga memiliki daya angkat. Tentu saja, hal ini membuat bumil tidak mengalami benturan yang berlebihan. Renang juga merupakan olahraga paling minim cidera bagi bumil.

2. Melatih Jantung dan Paru

Berenang bagi bumil juga merupakan latihan untuk jantung dan paruh. Latihan ini sangat penting dalam proses melahirkan terutama untuk pernapasan.

3. Melatih Kelenturan 

Dengan berenang, dapat melatih keterampilan dan kelenturan lengan, paha dan panggul. Bumil sangat disarankan untuk berenang dengan gaya dada. Gaya ini melatih paha dan panggul dan sangat berguna ketika bumil melahirkan karena harus “mengangkang” dalam waktu yang lama.

4. Melatih Otot Pinggang dan Punggung

Berenang “memaksa” bumil mengapung di atas air. Alhasil tanpa sadar otot pinggang dan punggung terlatih. Bahkan, renang ini sebagai solusi bagi bumil yang kerap didera sakit pinggang dan punggung karena bawaan hamil.

Hal yang Perlu Diperhatikan 

  1. Sebelum memutuskan untuk berenang menjelang melahirkan, pastikan secara medis (konsultasi dengan dokter) kondisi kesehatan bumil dan janin sehat sehingga aman dibawa berenang.
  2. Ketika masuk ke kolam renang, jangan melompat dari pinggir. Pelan-pelan saja turun ke kolam dari tangga atau pinggiran kolam yang landai.
  3. Hati-hati dengan lantai kolam yang terkadang licin.
  4. Kenakan baju renang yang nyaman.
  5. Berenanglah dengan santai dan tidak memaksakan diri untuk mencapai target tertentu.
  6. Gaya renang yang dianjurkan adalah gaya dada. Hindari menggunakan gaya kupu-kupu.
  7. Berenang saat matahari belum tinggi. Baiknya sebelum jam 10 pagi dan sesudah jam 5 sore.
  8. Gunakan sunblock bila perlu.
  9. Baiknya berenang ditemani suami atau orang terdekat sehingga jika terjadi sesuatu cepat mendapat pertolongan.
  10. Berenanglah di daerah pinggir yang dekat dengan dinding kolam agar jika terjadi kram atau hal yang tidak diinginkan lainnya bisa cepat mendapat pertolongan.

Nah, my blog readers, demikian sharing kali ini. Semoga bermanfaat ya! (sri murni)

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.