Punya dua anak gadis (11 dan 9 tahun) yang memiliki kepribadian bertolak belakang satu sama lain, memang sesuatu bangets! (pinjam kata-katanya Syahrini).
Si kakak, Dhabita, anaknya cool, pendiam, seriusan, dan expressionless. Sementara si adik, Praveena, kebalikannya. Dia itu periang, cerewet, susah diajak serius, dan sangat ekspresif.
Kalau dilihat dari karakter mama-papanya sih, anak sulung saya lebih banyak bawaan papanya, sementara si adik lebih banyak gen mamanya.
Pola asuh yang diterapkan untuk keduanya juga berbeda, termasuk ketika mencari jenis pelatihan minat dan bakat untuk mereka. Sejak kecil, keduanya pernah saya ikutkan macam-macam kelas minat dan bakat, diantaranya mewarnai, menggambar, coding, story telling, story writing, comic, science, English, Arabic, dan public speaking.
Setelah mengikuti macam-macam kelas tersebut, akhirnya saya bisa memetakan kelas minat dan bakat apa saja yang cocok untuk Dhabita dan Praveena.
Dhabita akan sangat enjoy ketika mengikuti kelas: membuat komik, menulis cerita, coding, science, English, dan Arabic. Sementara kelas lainnya tetap diikuti tapi dengan terpaksa.
Sementara Praveena full spirit ketika ikut kelas public speaking, story telling, English, dan Arabic. Sementara untuk kelas lainnya, kata Praveena, membuatnya bosan dan sulit.
Ikut Kelas Public Speaking Kreasa
Pada akhir November 2022 lalu, saya mendapatkan tawaran untuk mengikutkan duo kakak kelas public speaking dan komik dari Kreasa, sebuah lembaga pendidikan yang khusus menggali dan melatih minat, bakat, dan potensi untuk anak.
Karena sudah paham peta bakat, minat, dan potensi Dhabita dan Praveena, ketika saya tawarkan dua program tersebut kepada mereka, si Dhabita pun langsung memilih kelas membuat komik. Sementara si Praveena pilih kelas public speaking.
Sebenarnya saya pengin Dhabita ikut kelas public speaking sih supaya doi lebih berani dan pede bicara di depan umum. Tapi karena anaknya tidak berminat, ya saya hormati dan ikuti saja pilihan anak.
Selain kelas komik dan public speaking, masih banyak lagi pilihan kelas yang bisa diikuti. Daftarnya seperti di bawah ini:
Pada tulisan kali ini, saya akan fokus memaparkan pengalaman Praveena ikut kelas public speaking di Kreasa ya. Sementara pengalaman Dhabita ikut kelas membuat komik bisa dibaca di tulisan lainnya.
Untuk kelas public speaking ini, dilakukan secara daring menggunakan media zoom. Ada tiga kali pertemuan yang dilakukan, semuanya saat weekend yakni tanggal 26-27 November dan 9 Desember. Kelas ini dibimbing oleh Kak Elis sebagai pelatih public speaking.
Teori dan Praktik Langsung
Kelas dimulai pada pukul 09.00 WIB selama satu jam. Di hari pertama kelas, setelah perkenalan diri masing-masing peserta, Kak Elis memberikan paparan seputar teori tentang public speaking.
Anak-anak tampak antusias menyimak. Apalagi Kak Elis memaparkannya dengan penuh semangat dan mengajak anak-anak bercanda. Kelas jadi tidak membosankan.
Setelah paparan teorinya, para peserta sudah mulai praktik berbicara di depan umum meskipun melalui media zoom.
Sebagai permulaan, anak-anak diajari tentang vokal, intonasi, ekspresi, dan emosi ketika berbicara di depan umum.
Masing-masing mereka diminta untuk mempresentasikan benda atau produk yang ada di dekat mereka. Praveena sendiri memilih untuk mempresentasikan botol minuman yang sedang dia gunakan ketika itu.
Di hari kedua, Kak Elis melanjutkan paparan materi public speaking-nya tentang cara berbicara di depan umum. Kali ini fokusnya adalah story teller yakni bagaimana menjadi pendongeng.
Materi story telling-nya sudah disiapkan dengan tema Merpati dan Semut. Nah, setiap peserta harus menceritakan yang mereka baca dengan cara mengongengkannya dan harus penuh ekspresi.
Di hari ketiga pelatihan, anak-anak diajari keterampilan menjadi narator, voice over, dan dubber. Dengan skill yang mumpuni mengajari anak-anak, Kak Elis menjelaskan apa perbedaan narator, voice over, dan dubber.
Kak Elis memutar film Teletabis dan Sponge Bob, sebagai contoh dan menjelaskan bagian-bagian mana saja dari kartun tersebut yang menggunakan narator, voice over, dan dubber.
Setelah mendengarkan Kak Elis memaparkan teori dan contoh, anak-anak pun diminta praktik menjadi narator dengan membaca cerita yang telah disiapkan.
Ada dua cerita yakni tentang Kancil dan Malin Kundang. Kemudian, satu per satu peserta belajar menjadi narator yang baik.
Setelah mengikuti kelas Public Speaking ini, Praveena mengaku lebih berani berbicara termasuk dalam menjalin pertemanan di sekolahnya.
Terimakasih ya Kak Elis dari Kreasa! (sri murni)
One comment
Pingback: Amazing! Pengalaman Anak Ikut Kelas Bikin Komik di Kreasa - MenixNews.com