Home / My travelling / Delapan Nama Makanan Paling Unik di Kepri dan Sejarahnya
English English Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia
Lakse kuah kari
Lakse kuah kari. Photo by idntimes

Delapan Nama Makanan Paling Unik di Kepri dan Sejarahnya

SEBAGAI provinsi kepulauan dan terletak di posisi terluar Indonesia yang berbatasan dengan beberapa negara, Kepri memiliki ragam kuliner baik makanan dan minuman yang unik-unik. Tidak hanya cita rasanya yang khas tapi juga namanya yang bikin penasaran.

Ragam kuliner yang ada di Kepri juga dipengaruhi oleh kuliner negeri tentangga seperti dari Malaysia, Singapura, dan Vietnam.

Tulisan kali ini, saya akan membahas tentang delapan nama makanan (lebih ke makanan berat dan lauk) paling unik dan khas di Kepri lengkap dengan sejarahnya. Sejarah yang saya maksud di sini, bukanlah sejarah yang dilengkapi dengan bukti-bukti otentek, melainkan sejarah yang berasal dari cerita masyarakat tempatan.

1. Lendot

Mendengar kata lendot, pikiran kita langsung ke kata “gelendotan” atau “ngelendot” yang berasal dari bahasa Jawa yang berarti bergayutan atau menggayut atau bersandar dengan manja.  Tapi lendot di Kepri itu berbeda. Lendot merupakan makanan khas Melayu dari Kabupaten Karimun, tepatnya dari daerah Kundur. Lendot telah menjadi salah satu makanan paling otentik di Kepri.

Lendot, khas Karimun. Photo by menixnews.com

Bentuknya seperti bubur sayur kental. Isinya adalah pakis dan kangkung yang dicampur udang, sotong atau cumi, siput, kepiting, dan ikan.

Ciri khas lendot ini adalah adanya campuran sagu yang membuat kuahnya menjadi kental. Saat disajikan juga terdapat potongan sagu padat yang bertekstur kenyal.

Bahan membuat Lendot. Photo by menixnews.

Bumbu utama Lendot ini adalah cabai merah, bawang putih, merica, dan bilis giling. Lendot sangat enak disantap hangat dengan ditemani sambal terasi yang pedas. Selain enak, Lendot juga dipercaya cepat menyembuhkan orang yang sedang demam dan flu.

Lendot merupakan variasi makanan dari masyarakat tempatan yang berbahan dasar sagu. Dahulu, sagu menjadi makanan pokok di daerah ini sebelum popularnya beras. Sebagai daerah kepulauan, sagu memang banyak tumbuh di sini.

Dari cerita warga setempat, lendot ini dahulunya hanya dikonsumsi oleh kalangan kerajaan karena kandungan yang ada di dalamnya hanya orang kerajaan yang mampu mengadakannnya.

2. Kepurun Sagu

Pernah dengar nama makanan kepurun sagu? Jika belum pernah, ya wajar-wajar saja karena ini makanan tradisional khas Kepri yang sudah jarang muncul. Kepurun sagu merupakan makanan khas masyarakat Melayu pesisir.

Kepuran sagu dan gulai kunyit ikan lebab. Photo by menixnews.com

Bentuk makanannya seperti seperti ongol-ongol tetapi ini warnanya abu-abu, asli warna tepung sagu. Kepurun diolah dari tepung sagu yang dimasak menggunakan air di atas api kecil hingga mengental seperti ongol-ongol. Warnanya abu-abu dan rasanya tawar. Kepurun paling enak disantap hangat-hangat dengan gulai kunyit ikan lebam atau ikan kitang-kitang.

Dahulu, mayoritas warga Melayu Kepulauan hidup di pinggir pantai. Lingkungan sekitar lebih banyak rawa-rawa yang ditumbuhi pohon sagu, tidak ada sawah untuk menanam padi. Jadilah sagu menjadi makanan tradisional warga di sini.

Masyarakat Kepri mulai mengonsumsi kepurun sagu sejak masa kerajaan Riau-Lingga dimana sagu sudah mulai diolah menjadi makanan.

Kepurun sagu juga memiliki khasiat sebagai obat panas dalam dan demam.

3. Lakse

Masih seputar makanan khas Kepri yang berbahan dasar sagu, yang satu ini disebut laksa atau lakse. Laksa paling enak digoreng ataupun dimasak kuah dengan campuran taoge dan ikan tuna, udang maupun sotong. Bumbunya tidak rumit, hanyalah capai merah kering yang digiling, bawang putih, bawang merah, dan jahe.

Mengapa, memakai cabai kering dan bukan cabai segar? Dahulu, di Kepri sangat sulit mendapatkan cabai segar di sini karena sulitnya transportasi yang membawa bahan makanan segar, sehingga warga mengandalkan cabai kering yang lebih awet dan tahan lama.

Lakse kuah. Photo by menixnews.com

Biasanya, menyantap laksa ini ditemani dengan potongan cabai rawit yang diletakkan di pinggir piring, kemudian ditambah dengan kerupuk. Lakse juga dikreasikan oleh warga sebagai campuran sop (Laksa Sop) atau dengan kuah gulai ayam. Laksa juga menjadi makanan popular bagi warga Melayu di negeri jiran, Malaysia dan Singapura.

Menurut Professor Penny Van Esterik dalam bukunya Food Culture in Southeast Asia, lakse ni merupakan percampuran kebudayaan Cina dan India.

Para pedagang India mulai menjelajah Asia Tenggara sekitar 200 tahun sebelum masehi. Mereka membawa serta budaya kuliner berupa kari.

Lakse kuah kari
Lakse kuah kari. Photo by idntimes

Sementara di Asia Tenggara yang banyak didiami warga Cina memiliki budaya kuliner berupa mi. Dari pertemuan pedagang India dan warga Cina, terbentuklah kuliber campuran mi yang diberi kua kari.

Seiring dengan waktu dan banyaknya warga Cina dan India yang bermigrasi ke negara-negara lain, termasuk Indonesia, maka lakse itu pun menyebar. Di daerah baru, lakse banyak mengalami perubahan termasuk gaya penyajiannya yang tidak hanya dengan kuah kari tetapi sudah digoreng ataupun dijadikan sup.

4. Mi Lendir

Nama makanan ini memang agak kurang enak didengar. Tapi rasanya sungguh sedap. Mi lendir, merupakan salah satu kuliner khas Kepri hasil akulturasi kebudayaan Tionghoa dengan Melayu.

Mi yang digunakan merupakan racikan budaya Tionghoa, sementara kuah kacang kental yang melumuri mi tersebut merupakan hasil kebudayaan Melayu.

Mi Lendir. Photo by menixnews.com

Mi lendir ini bisa disejajarkan dengan makanan sejenis dari daerah lain seperti mi rebus Medan atau mi kocok Bandung. Namun, rasa dan tampilannya memang berbeda. Mi lendir diolah dari mi basah kuning yang dicelur dalam air panas bersama dengan tauoge atau kecambah.

Kemudian, disiram dengan kuah kacang kental. Kuahnya bewarna kuning  kecoklatan dengan rasa agak pedas. Sebagai pelengkap, di atasnya ditaburi bawang goreng dan daun seledri. Mi ini sangat enak disantap saat masih panas bersanding dengan telur rebus dan potongan cabai rawit. Sajian mi lendir ini sangat mudah dijumpai di kedai-kedai kopi di Kepri.

5. Mi Tarempa

Tarempa adalah nama ibukota Kabupaten Kepualaun Anambas. Letaknya ada di Pulau Siantan. Makanan paling khas di sini adalah Mi Tarempa yang sudah sangat tersohor dan menjadi salah satu kuliner Kepri yang wajib dicoba.

Di Batam, Mi Tarempa menjadi satu nama rumah makan “Mi Tarempa (k)” yang memang menyajikan Mi Tarempa sebagai menu utamanya. Jika pergi ke Tarempa, tentu saja mi ini sangat mudah didapatkan di setiap warung sarapan pagi.

Mi Tarempa mentah. Photo by menixnews.com

Mi Tarempa memiliki bentuk yang panjang dan gepeng, dengan tekstur yang kenyal. Para penjual mi Tarempa, biasanya adalah warga Tionghoa yang membuat sendiri mi tersebut dari tepung terigu.

Mi ini biasa disajikan dengan cara digoreng maupun berkuah. Ciri khas yang membuat sajian mi ini berbeda dengan mi lainnya adalah potongan ikan tuna atau tongkol segar yang dicampurkan saat memasak mi tersebut. Ikan tuna yang dimaksud bisa tuna putih atau bahasa lokalnya jabat dan tuna merah atau curing.

Selain itu, bumbunya menggunakan cabai merah kering yang membuat warna masakan mi ini menjadi merah dan menggoda selera. Ditambah lagi sayur tauge dan sawi yang menambah kelezatan makanan satu ini.

Mi Tarempa goreng. Photo by menixnews.com

 

Mi Tarempa basah. Photo by menixnews.com

Mengapa memasak mi ini menggunakan ikan tuna? Karena Anambas merupakan salah satu lumbung penghasil ikan terbesar di Kepri dan ikan tuna atau tongkol menjadi salah satu ikan yang banyak ditangkap di perairan Anambas.

6. Gonggong

Kuliner unik selanjutnya adalah gonggong, sejenis siput laut yang sangat jarang ada di daerah lain di Indonesia. Gonggong ini sangat mudah ditemukan di Kepri, terutama di Batam, Karimun, Bintan, dan Tanjungpinang.

Gonggong rebus bersanding dengan sambal terasi. Photo by Eka Handa

Bahkan, di banyak tempat makan, warung dan restoran seafood, terutama yang berada di tepi laut, gonggong bisa dikatakan menjadi menu andalan yang wajib ada saat hidangan seafood disajikan.

Jika ingin mencarinya langsung di pantai, gonggong ini mudah ditemukan di pinggiran pantai yang memiliki hutan bakau. Biasanya di pulau-pulau kecil yang tersebar di Kepri, para penduduk pesisir (khususnya wanita) menjadikan pencarian gonggong sebagai pekerjaan sambilan di pagi dan sore hari.

Awalnya, warga Kepri suka mengonsumsi gonggong ini karena sangat mudah didapat dan rasanya pun enak karena bertekstur kenyal. Saat digigit, rasa sedikit manisnya juga akan keluar. Paling enak, gonggong ini direbus, kemudian disantab dengan sambal terasi pedas yang juga menjadi khas masakan pesisir di sini. Atau, gonggong juga lezat bila disandingkan dengan sambal kecap.

Gonggong tidak hanya enak, tetapi juga memiliki kandungan gizi, karbohidrat, lemak, dan protein yang tinggi. Dalam setiap 100 gram gonggong, terdapat 4,1 persen karbohidrat dengan nilai gizi 1,4 kalori, 31,19 protein dengan nilai gizi 124,8 kalori, dan 24,9 persen lemak dengan nilai gizi 224,1 kalori (Jawa Pos /travelling/17/09/2016).

7. Sotong Masak Hitam

Sesuai namanya, masakan bercita rasa khas Melayu Kepri ini berbahan dasar sotong atau cumi yang dimasak tanpa membuang tinta hitamnya.

Ditumis bersama irisan cabai, bawang merah, bawang putih, jahe dan serai ditambah garam dan sedikit gula, makanan ini sangat lezat disantap bersama nasi putih hangat.

Sotong masak hitam. Photo by menixnews.com

Kenyalnya tekstur sotong berbalut rasa pedas dan asin-manis, dijamin membuat Anda ketagihan dan menghabiskan porsi nasi yang lebih banyak dari biasanya. Sebagai pelengkap hidangan ini, bisa ditambahkan sayur betik (pepaya mengkal) khas Melayu yang dimasak berkuah cokelat.

8. Nasi Dagang

Jika di Yogyakarta kita mengenal nasi kucing, maka di Kepri terdapat nasi yang mirip yakni nasi dagang.

Bentuk dan porsinya mirip dengan nasi kucing dan sama-sama dibungkus daun. Bedanya, jika nasi kucing umumnya dibungkus daun dengan bentuk lipatan, nasi dagang dibungkus dalam bentuk kerucut dan direkatkan menggunakan lidi.

Nasi dagang. Photo by menixnews.com

Isi nasi dagang ini adalah nasi lemak yang dimasak dengan bawang merah, bawang putih, dan jahe, ditambah halba. Lauk nasi dagang ini ada beberapa macam, ikan tamban sambal, ikan teri sambal, ikan tuna sambal, udang, maupun sotong sambal.

Dikatakan nasi dagang karena dahulunya nasi kemasan begini merupakan bekal masyarakat pesisir yang hendak berdagang, atau menjual ikan hasil tangkapan nelayan ke pasar.

Kini, nasi dagang menjadi sajian sarapan pagi di meja-meja kopitiam yang ada di hampir seluruh kota di Kepri, dari Batam, Karimun, Lingga, sampai Natuna.

Jika jalan-jalan ke setiap daerah di Kepri, jangan lupa sarapan nasi dagang karena masing-masing daerah memiliki lauk yang berbeda-beda sebagai khas utama mereka.

Di Letung, Anambas, misalnya, nasi dagang khas daerah tempatan berlauk ikan tuna sambal. Sementara di Daik, Lingga, nasi dagangnya berlauk ikan teri sambal, sotong sambal, dan ikan tamban sambal. Sedangkan jika makan nasi dagang di Batam, lauknya juga beragam.

Jika ingin menikmati wisata kuliner di Kepri tanpa ribet, bisa langsung menghubungi Galang Bahari Indonesia selaku penyelenggara wisata di Kepri. Langsung ke nomor:

Call: 0812 6711 1161
WA: +6281267111161

Selamat BERWISATA YA! (sri murni)

 

 

4 comments

  1. di Natuna ada tu namanya latoh, boleh juga masukin ke list.. btw lendot baru denger, sepertinya enak…

  2. Nama boleh aneh, tp enak-enak loh ini.. Btw, lendot yang belum pernah aku coba. Hihi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.