Home / Inspirations / Pengalaman Tinggal di Norwegia: Cuti Melahirkan 18 Bulan dan Papa Permission yang Bikin Saya Kagum
English English Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia
Berpoto bersama teman-teman di Oslo di dalam T-Bane.

Pengalaman Tinggal di Norwegia: Cuti Melahirkan 18 Bulan dan Papa Permission yang Bikin Saya Kagum

PUNYA kesempatan kuliah dan tinggal di Norwegia sangatlah mengesankan dan membahagiakan. Banyak cerita yang bisa dipelajari dan dibagi dari banyak aspek kehidupan.

Pada tulisan ini, saya ingin berbagi cerita tentang kehidupan masyarakatnya terkait cuti melahirkan bagi seorang ibu dan cuti mengurus anak bagi seorang ayah. Tulisan ini sebenarnya adalah catatan harian saya ketika masih tinggal di Oslo, ibukota Norwegia pada 2011 lalu.

Mengapa baru sekarang ditayangkan? Karena file tulisan ini baru ketemu dan rasanya sayang informasi ini disimpan begitu saja.

Pusat kota Oslo, Norwegia. Photo by menixnews.com

Banyak hal menakjubkan selama satu semester kuliah dan hidup di Oslo. Oslo, hampir setiap tahun menduduki posisi sebagai kota termahal di dunia dan seolah-olah berlomba dengan Tokyo yang juga kerap disebut-sebut sebagai kota termahal.

Sementara Norwegia secara keseluruhan, dikenal sebagai negara termakmur di dunia versi UNDP (United Nation Development Bank) dengan tingkat kesejahteraan, kesehatan, dan pendidikan yang terbaik.

Saat kali pertama menginjakan kaki di Oslo, sekitar pertengahan Agustus 2011 lalu, tidak ada yang begitu istimewa dari arsitektur kotanya. Bila dibandingkan dengan kota-kota besar yang ada di Eropa seperti Paris, Roma, Barcelona, Milan, dan Madrid, Oslo tidaklah sebanding dengan mereka, baik dari tata bangunan, jumlah penduduk, dan tingkat keramaian. Pendapat subjekif saya, Oslo itu ibarat “desanya benua Eropa”.

Baca juga: Hidup di Norwegia: Ketika Gorengan Ikan Asin Menjadi Urusan Pihak Keamanan

Halte bus dan monorail di Sentrum, Oslo. Photo by menixnews.com

Meskipun dari sisi tata kota dan penduduk, Oslo (Norwegia pada umumnya) kalah dengan negara-negara besar lain di Eropa, tapi dari tingkat kesejahteraan, negeri sosialis ini memang paling tinggi.

Beberapa hal yang membuat saya kagum dan tercengang melihat kebijakan pemerintah Norwegia adalah tentang kesetaraan gender dan tunjangan hidup bagi rakyatnya baik warga lokal maupun pendatang.

Papa Permission, Hak Cuti Ayah untuk Mengurus Anak

Nah, tulisan ini akan difokuskan membahas tentang kesetaraan gender dalam pengurusan anak. Untuk kesetaraan gender, Norwegia “mewajibkan” peran yang equal bagi wanita dan pria dalam pengurusan anak.

Sehingga, seorang ayah yang bekerja di Norwegia akan mendapatkan hak cuti mengurus anak yang dikenal dengan papa permission. Lamanya papa permission ini adalah 13 minggu atau 3 bulan lebih dalam satu tahun. Selama cuti ini, hak ayah sebagai pekerja (gaji dan tunjangan) tidak boleh dipotong alias harus dibayar penuh.

Cuti Melahirkan Sampai 18 Bulan

Sementara bagi seorang ibu pekerja yang melahirkan, dapat mengajukan hak cuti selama maksimal 18 bulan (1,5 tahun) dengan gaji dibayarkan 80 persen. Namun jika si ibu hanya memilih mengambil cuti melahirkan berkisar delapan sampai 10 bulan, gaji dan tunjangan harus dibayarkan penuh setiap bulan oleh perusahaan.

Berpoto bersama teman-teman di Oslo di dalam T-Bane (kereta api cepat). Photo by menixnews.com

Kebijakan ini berlaku untuk semua warga baik lokal maupun pendatang yang bekerja di Norwegia. Seorang warga negara Indonesia, Dimas, yang sudah tinggal dan bekerja bersama keluarganya selama lebih dari lima tahun di Oslo menceritakan, karena adanya hak cuti melahirkan yang begitu panjang, saat sang istri yang juga bekerja di Oslo hendak melahirkan, ia memilih memboyong istri dan anaknya kembali sementara ke Indonesia.

“Persalinan anak kedua kami dilakukan di Indonesia. Selain banyak yang membantu istri mengurus anak, juga lebih ekonomis karena disini (Oslo) gajinya tetap jalan,”ujar Dimas beberapa waktu lalu.

Tetap Ada yang Nakal

Dimana-mana, ada aja manusia nakal yang suka ngakal-ngakali dan mengambil manfaat yang tidak semestinya dari kebijakan “baik hati” sebuah pemerintahan. Begitu juga dengan  kebijakan papa permission yang diterapkan.

Beberapa tahun setelah penerapan papa permission, menghadapi kendala. Banyak pekerja yang menyalahgunakan cuti papa permission . Mereka tidak manfaatkannya untuk mengurus anak melainkan untuk hura-hura.

Biasanya, saat jadwal mengurus anak tiba, si anak dititipkan kepada kakek-neneknya. Sementara si ayah pergi berburu, memancing, atau kegiatan lainnya. Menyikapi fenomena ini, pemerintah Norwegia menerapkan sanksi denda bagi seorang ayah yang tidak menggunakan papa permission secara benar.

Kira-kira kalau kebijakan papa permission ini diterapkan di Indonesia, apa yang akan dilakukan para bapak-bapak ya? Tuliskan pendapat Anda di kolom komentar. (sri murni)

Baca juga:

https://menixnews.com/kena-damprat-orang-bule-gegara-anjing/ 

Tips Hidup Murah di Luar Negeri: Belanjalah di Hari Jumat & Sabtu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.