PUNYA kesempatan kuliah dan tinggal di Norwegia sangatlah mengesankan dan membahagiakan. Banyak cerita yang bisa dipelajari dan dibagi dari banyak aspek kehidupan.
Pada tulisan ini, saya ingin berbagi cerita tentang kehidupan masyarakatnya terkait cuti melahirkan bagi seorang ibu dan cuti mengurus anak bagi seorang ayah. Tulisan ini sebenarnya adalah catatan harian saya ketika masih tinggal di Oslo, ibukota Norwegia pada 2011 lalu.
Mengapa baru sekarang ditayangkan? Karena file tulisan ini baru ketemu dan rasanya sayang informasi ini disimpan begitu saja.
Banyak hal menakjubkan selama satu semester kuliah dan hidup di Oslo. Oslo, hampir setiap tahun menduduki posisi sebagai kota termahal di dunia dan seolah-olah berlomba dengan Tokyo yang juga kerap disebut-sebut sebagai kota termahal.
Sementara Norwegia secara keseluruhan, dikenal sebagai negara termakmur di dunia versi UNDP (United Nation Development Bank) dengan tingkat kesejahteraan, kesehatan, dan pendidikan yang terbaik.
Saat kali pertama menginjakan kaki di Oslo, sekitar pertengahan Agustus 2011 lalu, tidak ada yang begitu istimewa dari arsitektur kotanya. Bila dibandingkan dengan kota-kota besar yang ada di Eropa seperti Paris, Roma, Barcelona, Milan, dan Madrid, Oslo tidaklah sebanding dengan mereka, baik dari tata bangunan, jumlah penduduk, dan tingkat keramaian. Pendapat subjekif saya, Oslo itu ibarat “desanya benua Eropa”.
Baca juga: Hidup di Norwegia: Ketika Gorengan Ikan Asin Menjadi Urusan Pihak Keamanan
Meskipun dari sisi tata kota dan penduduk, Oslo (Norwegia pada umumnya) kalah dengan negara-negara besar lain di Eropa, tapi dari tingkat kesejahteraan, negeri sosialis ini memang paling tinggi.
Beberapa hal yang membuat saya kagum dan tercengang melihat kebijakan pemerintah Norwegia adalah tentang kesetaraan gender dan tunjangan hidup bagi rakyatnya baik warga lokal maupun pendatang.
Papa Permission, Hak Cuti Ayah untuk Mengurus Anak
Nah, tulisan ini akan difokuskan membahas tentang kesetaraan gender dalam pengurusan anak. Untuk kesetaraan gender, Norwegia “mewajibkan” peran yang equal bagi wanita dan pria dalam pengurusan anak.
Sehingga, seorang ayah yang bekerja di Norwegia akan mendapatkan hak cuti mengurus anak yang dikenal dengan papa permission. Lamanya papa permission ini adalah 13 minggu atau 3 bulan lebih dalam satu tahun. Selama cuti ini, hak ayah sebagai pekerja (gaji dan tunjangan) tidak boleh dipotong alias harus dibayar penuh.
Cuti Melahirkan Sampai 18 Bulan
Sementara bagi seorang ibu pekerja yang melahirkan, dapat mengajukan hak cuti selama maksimal 18 bulan (1,5 tahun) dengan gaji dibayarkan 80 persen. Namun jika si ibu hanya memilih mengambil cuti melahirkan berkisar delapan sampai 10 bulan, gaji dan tunjangan harus dibayarkan penuh setiap bulan oleh perusahaan.
Kebijakan ini berlaku untuk semua warga baik lokal maupun pendatang yang bekerja di Norwegia. Seorang warga negara Indonesia, Dimas, yang sudah tinggal dan bekerja bersama keluarganya selama lebih dari lima tahun di Oslo menceritakan, karena adanya hak cuti melahirkan yang begitu panjang, saat sang istri yang juga bekerja di Oslo hendak melahirkan, ia memilih memboyong istri dan anaknya kembali sementara ke Indonesia.
“Persalinan anak kedua kami dilakukan di Indonesia. Selain banyak yang membantu istri mengurus anak, juga lebih ekonomis karena disini (Oslo) gajinya tetap jalan,”ujar Dimas beberapa waktu lalu.
Tetap Ada yang Nakal
Dimana-mana, ada aja manusia nakal yang suka ngakal-ngakali dan mengambil manfaat yang tidak semestinya dari kebijakan “baik hati” sebuah pemerintahan. Begitu juga dengan kebijakan papa permission yang diterapkan.
Beberapa tahun setelah penerapan papa permission, menghadapi kendala. Banyak pekerja yang menyalahgunakan cuti papa permission . Mereka tidak manfaatkannya untuk mengurus anak melainkan untuk hura-hura.
Biasanya, saat jadwal mengurus anak tiba, si anak dititipkan kepada kakek-neneknya. Sementara si ayah pergi berburu, memancing, atau kegiatan lainnya. Menyikapi fenomena ini, pemerintah Norwegia menerapkan sanksi denda bagi seorang ayah yang tidak menggunakan papa permission secara benar.
Kira-kira kalau kebijakan papa permission ini diterapkan di Indonesia, apa yang akan dilakukan para bapak-bapak ya? Tuliskan pendapat Anda di kolom komentar. (sri murni)
Baca juga:
https://menixnews.com/kena-damprat-orang-bule-gegara-anjing/
Tips Hidup Murah di Luar Negeri: Belanjalah di Hari Jumat & Sabtu
2 comments
Pingback: Pengalaman Hidup di Norwegia: Sekelumit Tentang Tunjangan Anak dan Pajak Penghasilan - MenixNews.com
Pingback: My Site