Home / My travelling / Snorkeling Pulau Abang Batam (Part-1): Petualangan ‘Finding  Nemo and Friends’ Dimulai 
English English Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia
Ikan Nemo di Perairan Pulau Abang.

Snorkeling Pulau Abang Batam (Part-1): Petualangan ‘Finding  Nemo and Friends’ Dimulai 

“NEMO….NEMO…. ITU NEMO…. WOW CANTIKNYA.”

Kekaguman itu muncul dari mulut dan hatiku saat kali pertama melihat si Cantik Nemo di habitat alamnya.

Impianku melihat secara langsung ikan Nemo yang sangat terkenal melalui film Hollywood ‘Finding Nemo’ memang sudah tercapai.

Ternyata aku tidak perlu jauh-jauh ke Hollywood, Amerika Serikat, atau belahan dunia lainnya untuk menemukan ikan yang sangat menggemaskan itu.

Aku hanya perlu mengikuti paket wisata snorkeling ke Perairan Pulau Abang, Batam, bersama Galang Bahari Wisata.

Di Perairan Pulau Abang, aku bisa puas melihat Nemo atau yang dikenal dengan nama lain Ikan Badut alias Clownfish, yang hidup bebas di habitat naturalnya. Tidak hanya satu tapi banyak, lengkap dengan rumah-rumahnya yang cantik.

Bahkan, tidak hanya Nemo yang aku ‘ajak bicara’, beberapa teman Nemo  pun sempat aku ‘sapa’.

Petualangan “Finding Nemo and Friends” dimulai pada Minggu (13/11/2016) pagi.

Sekitar pukul 08.00 WIB, aku dan rombongan Blogger Kepri berangkat dari Top 100 Tembesi menuju ke Pelabuhan PT Pari yang terletak di sebelah kanan setelah Jembatan 6 Barelang.

Kami menumpang bus ukuran sedang dengan muatan 28 orang. Perjalanan ke Pelabuhan PT Pari memakan waktu sekitar satu jam.

Awak Blogger Kepri turun dari bus di Pelabuhan PT Pari, Jembatan 6 Barelang, Minggu (13/11/2016).
Rombongan Blogger Kepri turun dari bus di Pelabuhan PT Pari, Jembatan 6 Barelang, Minggu (13/11/2016).

Pagi itu, cuaca memang mendung dan di tengah perjalanan, hujan sempat mengguyur. Ada rasa cemas ketika itu,”Waduh hujan ni, gemana mo snorkeling?”

Ternyata hujan tidak berlangsung lama. Saat sampai di Pelabuhan PT Pari, hujan mereda.

Kami pun langsung melanjutkan perjalanan dengan menaiki boat pancung bermesin ganda menuju Pulau Nguan. Ada dua pancung yang disediakan untuk mengangkut rombongan. Satu kapal bermuatan maksimal 20 orang. Perjalanan hanya sekitar 10-15 menit, tergantung cuaca dan gelombang laut.

Salah satu pancung yang membawa rombongan Blogger Kepri.
Salah satu pancung yang membawa rombongan Blogger Kepri.

Di Pulau Nguan, terdapat rumah singgah, tempat kami berganti pakaian dan mengenakan life jacket. Bagitu sampai, teh dan kopi panas langsung menyambut kami.

“Kebetulan ni, pagi-pagi, dingin, plus agak gerimis disuguhi kopi dan teh. Sruput dulu ah……”

Di sini juga kami mengikuti briefing singkat terkait apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama mengikuti snorkeling.

Rombongan Blogger Kepri ikuti briefing session dari Bang Zaka.
Rombongan Blogger Kepri ikuti briefing session dari Bang Zaka.

Bang Zaka, pemilik Galang Bahari didampingi seorang guide senior, Pak Mahmud benar-benar mewanti-wanti beberapa hal urgent ini:

  1. Selama mengikuti wisata snorkeling, JANGAN MEMBUANG SAMPAH sembarangan. Tempat sampah telah disediakan oleh panitia.
  2. JANGAN MENGINJAK KARANG. Di lokasi snorkeling terdapat dua jenis karang yakni yang mudah patah dan padat. Yang paling dilarang diinjak adalah karang yang mudah patah karena untuk menumbuhkan ranting-ranting karang yang patah membutuhkan waktu bertahun-tahun.
  3. JANGAN AMBIL NEMO dan biota laut lainnya. Apapun yang ada di laut hanya bisa dinikmati oleh mata dan tidak untuk dibawa kemana-mana.
  4. HATI-HATI terhadap biota BULU BABI karena jika terinjak bisa berbahaya (durinya seperti landak dan menyakiti jika mengenai tubuh manusia).
  5. Barang-barang yang tidak penting untuk aktivitas snorkeling, seperti tas atau barang berharga bisa ditinggal dan disimpan di rumah singga ini. Bahkan sepatu atau sendal yang bukan untuk snorkeling bisa juga ditinggal karena di lokasi disediakan pin atau kaki katak dan sepatu karet.

Selepas briefing, rombongan langsung bersiap-siap ganti pakaian. Untuk para wanita, disarankan pakai celana panjang dan kaus panjang atau kenakan baju renang panjang biar lebih aman dan ringan. Kalau untuk pria, pakaian kaos dan celana pendek juga sudah cukup. Jika punya baju untuk snorkeling atau diving, pastinya lebih mantab.

Setelah OK dengan pakaian, kami mengenakan life jacket dan langsung menuju ke Pulau Rano, destinasi pertama. Dari pulau Nguan ke Rano, jarak tempuhnya sekitar 40 menit.

Pulau Rano merupakan pulau kecil berpasir putih yang tidak berpenghuni. Saat kami sampai, selain disambut hamparan pasir putih dan pohon kelapa, ada dua makluk Tuhan yang mengucapkan “SELAMAT DATANG” yakni si kucing berwarna coklat dan putih. Di sini ada sebuah gubuk kecil yang dijadikan rumah bagi dua kucing itu. Gubuk itu, juga dijadikan tempat bagi yang punya pulau ini untuk berjualan jika ada tamu datang.

Pulau Ranu, Batam.
Pulau Rano, Batam.

Di Palau Rano, rombongan mendapatkan briefing kedua yang dipimpin seorang guide profesional dari Galang Bahari, terkait pengenalan alat-alat dan cara snorkeling. Disini juga kami melakukan pemanasan dan latihan snorkeling sebelum nantinya terjun “NYEMPLUNG” ke tempat yang sebenarnya. Ada sembilan guide profesional yang sudah bersertifikat mendampingi kami.

Satu hal penting snorkeling disini, bagi yang tidak pandai berenang atau tidak pernah ke laut sekalipun, tetap bisa ikut karena ada guide yang mengajari, mendampingi, dan mengawasi.

Ada tiga alat penting yang wajib digunakan saat snorkeling:

  1. Masker atau kacamata lebar yang menutup bagian mata dan hidung secara rapat dan kedap air. Kacamata ini dibuat dari plastik dan karet yang fungsinya untuk melindungi mata saat berada dalam air sehingga kita bisa melihat dengan jelas keindahan bawa laut, serta penutup hidung. Hidung wajib ditutup agar kita tidak bernafas melalui hidung selama berada di air, melainkan lewat mulut.
  2. Snorkeler yakni alat bantu pernafasan yang dipakai di mulut. Sesuai standard internasional, snorkeler harus dipakai di bagian kiri. Untuk memudahkan para pemakainya, kacamata dan snorkeler disatukan menggunakan karet.
  3. Pin atau kaki katak. Pin ini fungsinya sebagai pelindung kaki sekaligus pendorong daya renang saat berada di dalam air. Jika tidak suka memakai pin, peserta bisa memakai sepatu karet yang sudah disediakan. Jika kita mengenakan pin, maka saat berenang, tidak dibolehkan mengayuh bertumpuh pada gerakan lutut melainkan harus pada kedua kaki dan pinggul agar melaju dengan cepat dan menghindari kram.

 

Foto-foto by Galang Bahari

Time to SHOW “Finding Nemo” is Coming…..

Setelah semua peserta paham dan siap untuk snorkeling, sekarang “time to show” ke spot snorkeling yang sesungguhnya. Tetap naik pancung, kami menuju perairan Pulau Dedap yang masuk dalam kawasan Perairan Pulau Abang. Jarak dari Pulau Rano ke spot pertama sekitar 30 menit. Ombok saat itu lumayan menggoyang pancung kami. Saat sampai di spot pertama, ombak dan arus tidak begitu tenang. Tapi karena semangat yang menggebu-gebu, begitu ada intruksi dari guide “BOLEH TURUN” satu per satu mulai menceburkan diri.

Terang saja, begitu masker dan snorkeler dipasang dan mata berada di dalam air, WOW….. pemandangan menakjubkan langsung terlihat. Beragam jenis karang ada disana. Mulai dari yang bertangkai lunak (mudah patah) sampai karang keras seperti batu. Warnanya pun bermacam-macam. Ada putih, coklat, hijau, dan ungu.

Di sela-sela karang, ada banyak ikan hias air laut.

Yang paling menakjubkan untuk ku adalah saat melihat Ikan Badut alias Nemo muncul dari rumahnya yang indah seperti tentakel-tentakel yang melayang-layang di air. Warna rumah Nemo bervariasi. Ada putih, coklat, dan ungu.

Foto-foto by Galang Bahari

Menurut Pak Mahmud, guide yang mendampingi ku, di sini ada dua jenis Nemo yang bisa ditemukan. Pertama, Nemo bewarna merah putih yang sudah terkenal seperti di film Finding Nemo. Kedua, Nemo biru-hitam yang sangat jarang didapat di perairan lain. Kedua jenis Nemo ini sudah dilindungi pemerintah dan tidak boleh ditangkap dan diperjualbelikan.

Pak Mahmud menceritakan, pada tahun 90-an, Perairan Pulau Abang ini merupakan menghasil ikan Nemo, salah satu jenis ikan hias yang paling digemari, untuk dijual ke Singapura. Namun setelah tahun 2000-an, aktivitas menangkap Nemo tidak dibolehkan lagi sampai sekarang.

“Kalau mau menangkap dan menjual Nemo ini agak sulit, karena Nemo tidak bisa hidup sembarangan. Nemo harus hidup di rumahnya. Sehingga, dulu orang-orang yang menangkap Nemo harus pula membawa serta rumahnya yang ada di dalam laut. Kalau tidak, Nemo akan mati dengan cepat,”kata Pak Mahmud.

Oleh Pak Mahmud, aku juga diajak menemukan kerang besar yang biasa disebut Kema. Kerang ini ukurannya sekitar 30 cm berwarna putih. Saat aku melihatnya, posisinya sedang terbuka sehingga tampak isi kerang yang berarna biru dongker mengkilat. Menurut Pak Mahmud, kerang ini enak dimakan.

Selfie Bawa Laut Gratis

Jalan-jalan tanpa selfie rasanya seperti makan tanpa garam ya…… Nah, Galang Bahari sangat mengerti akan kebutuhan ini.

Selama snorkeling, ada fasilitas selfie bawa laut gratis bagi para peserta. Bang Sani, pengelola Galang Bahari, sudah siap sedia dengan kamera under waternya untuk memotret setiap peserta yang hendak berselfie ria di dalam air.

Namun, selfie yang dilakukan tidak sampai mengganggu karang maupun biota laut lainnya. Saat selfie pun, para peserta diajari menyelam dan didampingi sampai ada foto yang OK didapat.

Bagi peserta yang tidak punya kamera under water, tidak perlu risau karena bisa memanfaatkan fasilitas ini.

Makan Siang dan Pindah Spot

Setelah puas menikmati keindahan bawa laut di spot pertama ini, guide mengajak kami untuk naik ke pancung dan menuju pantai pasir putih yang ada di Pulau Dedap. Jaraknya tidak jauh, hanya sekitar 10 menit. Di pulau ini kami berbaring dan beristirahat sejenak sembari menunggu hidangan makan siang ala warga tempatan.

Menunya sederhana: nasi putih, gulai kacang panjang, asam pedas ikan, dan kerupuk. Walau sederhana, tapi nikmatnya tiada tara. LAPAR…… (Aku sampai TAMBO CIEK, hihihi)

Foto-foto by menixnews.com

Selapas makan siang dan rasa penat sudah hilang, kami melanjutkan petualangan “Finding Nemo” di spot yang lain. Spot kedua tidak jauh dari spot pertama yakni masih di Perairan Pulau Dedap. Sayangnya spot kedua ini tidak seindah spot pertama. Banyak rumput laut yang menutupi keindahan karang dan ikan-ikan. Bagi biota laut, rumput ini sangatlah penting. Bagiku, tidak masalahlah tidak mendapatkan pemandangan bawa laut seindah spot pertama, asalkan ikan dan terumbuh karang hidup dengan bahagia.

Selain itu, di spot kedua ini, air bawah lautnya tidak sejernih yang pertama. Kata seorang guide, penyebabnya adalah arus laut sedang tidak bagus sehingga mempengaruhi kejernihan air.

Kami tidak berlama-lama di spot yang kedua ini. Kami pun langsung menuju spot ketiga yang lokasinya berada di depan Pulau Abang Kecil.

Saat sampai di spot ketiga ini, awalnya kami agak enggan turun lagi. Penyebabnya, di permukaan air tampak agak kotor. Tetapi setelah seorang peserta ‘nyemplung’, dia melihat keindahan bawa laut yang luar biasa. Bahkan, katanya, spot ini paling cantik dari dua spot sebelumnya.

Aku pun penasaran dan ikut terjut ke air. Ternyata benar, spot ini memang luar biasa dan paling indah dari yang lain.

Ikan-ikan Nemo sangat banyak disini. Rumah-rumahnya pun tampak putih-putih dan mengkilat. Selain itu, ragam ikan-ikan lainnya juga lebih banyak.

Lumayan lama kami habiskan waktu di spot ketiga ini, hingga matahari mulai condong ke bawah. Karena hari sudah sore, guide pun meminta kami untuk naik ke pancung. Kami melanjutkan perjalanan pulang.

Sebelum tur ini berakhir, kami masih disinggahkan ke Pulau Rano lagi untuk menikmati air kelapa muda plus berselfie ria.

Menikmati kelapa muda di Pulau Rano.
Menikmati kelapa muda di Pulau Rano.

Sekitar pukul 16.30 WIB, kami meninggalkan Pulau Rano dan kembali ke Rumah Singgah di Pulau Nguan. Disinilah kami bersih-bersih badan dan persiapan pulang ke Batam.

Enaknya, begitu sampai di Nguan, kopi dan teh gratis, kembali disuguhkan. Juga ada Pop Mie yang bisa dipesan, harganya cuma Rp 7.000 per cup. Rasanya memang NIKMAT, dingin-dingin minum kopi atau teh plus makan Pop Mie.

Sembari menunggu persiapan pulang, para peserta bisa mengkopi foto-foto, terutama selfie underwater, dari memory card Galang Bahari maupun dari peserta lainnya.

Sekitar pukul 17.30 WIB, kami meninggalkan Nguan untuk menyeberang kembali ke Pelabuhan Pari untuk selanjutnya menaiki bus yang sama menuju ke Top 100, Tembesi.

Bagi yang berminat mengikuti paket wisata snorkeling ini bisa langsung menghubungi Bang Zaka atau Bang Sani di nomor 081219544538 atau 085264634106. Tarif normal paket ini biasanya Rp 280 ribu per orang dewasa dan anak-anak pastinya lebih murah.

SELAMAT BERSENANG-SENANG!

17 comments

  1. seru pake banget… worth it banget.. klo kesana lagi pas langit cerah kece banget pasti yakk…

  2. Untung penjualan nemo ud dilarang, klo ga, ga seru klo nemonya makin jarang.

  3. Seru bangeeet! Itu foto-foto nemonya asli cakep2 banget mbak! Nih si Lala udah nagih aja ngajakin ke Pulau Abang lagi 😀

  4. eka dewi Puspita

    wah…. seruuu nemonya banyak, apalagi sport terakhir keceh banget, jadi pengen ikutan trip lagi. hehe

  5. ah walaupun cuaca mendung tapi tetep bisa menikmati si nemo ya mba, keren keren keren

  6. Ikannya lucu lucu, pemandangan bawah lautnya keren.
    Yang didaratan juga..
    Masih mau kesana lagi…

  7. Saya juga kalau snorkeling, pasti nyariin Nemo 😆🐠🐠🐠

  8. Mirwan Choky

    Waah… Beneran ada Nemo nya.

Leave a Reply to Dian Radiata Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.