MATAHARI belum lagi menampakkan diri. Tapi kami sudah berbegas meninggalkan Moyang Homestay yang berada di Jalan E Muhammad Afan Tanda Hilir No. 41 Daik, Lingga.
Dengan menggunakan sebuah mobil, Tim #JelajahKonektivitasHati mulai bergerak menembus jalanan Daik yang masih remang-remang dan sepi. Hanya ada segelintir warga yang melintas di jalanan dengan menggunakan sepeda motor.
Meski masih remang-remang, dari kejauhan sudah tampak pemandangan elok Gunung Daik yang menjulang di antara pemukiman warga dan pepohonan hijau yang rimbun, berderet di sisi kanan-kiri jalan.
Hari itu, 9 Desember 2018, menjadi hari istimewa karena kami harus bergerak sepagi mungkin selepas Sholat Subuh. Tujuannya adalah menjemput fajar dengan menyusuri Sungai Resun yang dikenal sebagai The Little Amazon of Lingga.
Kurang lebih 15 menit berkendara, kami pun sampai di Pelabuhan Sungai Resun. Masih sangat sepi, Tidak ada seorangpun di sana, terkecuali pemilik boat yang akan membawa kami menyusuri Sungai Resun.
Di pinggiran sungai, tampak beberapa sampan bersandar. Ada sebuah bangunan permanen yang sudah mulai rusak di pinggir sungai itu. Ada plang bertuliskan Pelabuhan Sungai Resun di depannya.
Kami pun langsung menyapa Pak Man, si pemilik boat. Dari obrolan dengan pria paruh baya itu, diketahui bahwa Pelabuhan Sungai Resun ini memang saat ini sepi dan jarang dipakai. Padahal sebelumnya cukup ramai.
Hal ini karena aktivitas warga yang selama ini menggunakan Pelabuhan Sungai Resun telah berpindah ke Pelabuhan Sei Tenam yang disinggahi kapal feri regular rute Tanjungpinang. Alhasil, pelabuhan Sungai Resun hanya digunakan oleh segelintir warga untuk keperluan tertentu.
Tanpa membuang waktu lama, kami pun bergegas naik ke boat yang berukuran kecil. Kapasitasnya hanya untuk enam orang. Boat pun berjalan perlahan meninggalkan pelabuhan.
Sungai Resun yang kami susuri adalah sebuah muara yang ukurannya tidak begitu lebar di bagian hulunya. Namun, pemandangan sungai cukup eksotik dengan rimbunnya hutan bakau di kanan dan kiri, ditambah Gunung Daik yang menjulang dan perbukitan yang mengirinya.
Hijaunya hutan bakau tersebut, cukup serasi dengan warna air sungai yang juga hijau. Saat berada di atas boat, terus terang saja saya agak takut karena Sungai Resun ini juga terkenal dengan buayanya.
Pikiran saya pun sempat liar. Andaikan ada buaya yang tiba-tiba muncul dan mengejar kami, kemana kami harus menyelamatkan diri? Melihat kanan dan kiri, tidak tampak ada boat orang lain. Hanya ada kami di sungai itu.
Alhamdulillah, tidak lama berselang, kami pun keluar dari hulu sungai. Di bagian ini, tampak beberapa boat lain. Ada yang sedang berpacu membawa penumpang, ada pula boat-boat nelayan yang sedang labu jangkar seraya mencari ikan di tepi dan tengah sungai.
Selain karena telah melihat boat lain di sungai ini, rasa cemas pun hilang seketika begitu mendapati pemandangan yang ada di sisi timur Sungai, tepat di depan kami. Ya, SANG FAJAR mulai menampakkan dirinya dengan sangat gagah tapi indah.
Lingkaran oranye tersenyum kepada kami. Anugerah panorama yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Rasanya tidak ingin berbuat apa-apa terkecuali terpaku menyaksikan detik demi detik SANG FAJAR naik dari “persembunyiannya” hingga pancaran cahayanya mulai menghangatkan bumi.
Momen ini tentu saja tidak berlangsung lama. Jika kami terlambat sedikit saja ke Sungai Resun, maka harus mengulang lagi keesokan hari. Dan, belum tentu pula esok hari cuaca akan cerah dan SANG FAJAR akan menampakkan diri segagah dan seindah hari ini.
Lengkapnya bisa disaksikan pada video ini!
Sambil terus menikmati indahnya pagi itu, boat kami pun terus berpacu dan meninggalkan The Little Amazon. Tujuan selanjutnya adalah bersandar di Pelabuhan Pancur untuk menumpang kapal feri regular, guna kembali ke Tanjungpinang.
Kami menumpang feri Gembira Lima. Feri berangkat sekitar pukul 07.20 WIB. Sebelum lanjut berlayar dengan feri, kami sempatkan diri untuk sarapan pagi di salah satu warung yang banyak berjajar di pelabuhan, sembari menikmati pemandangan indah bagian dari Gunung Daik yang membentang di depan pelabuhan tesebut.
Well my blog readers, jangan pernah lupa untuk berburu mentari pagi dimanapun Anda traveling. Terlebih lagi ketika berkunjung ke Daik, Lingga, aktivitas menyusuri Sungai Resun saat fajar adalah sebuah “keharusan”. (sri murni)
HAPPY TRAVELING GET HAPPINESS!
Baca juga:
Cara Gampang ke Dabo Singkep-Daik Lingga dari Batam dan Tanjungpinang
jagoanlah kakak ini….tenang banget sungai nya kak , viewnya juga ajiblah…walau kalo aku yang ada disana juga pasti cemas, kalo kalo ada buaya yang nongol./.hahha
wah kebetulan banget saya nemplok ke blog ini pas blogwalking. Saya ada rencana juga untuk mengunjungi Lingga buat naik gunung Daik. Baca artikel ini jadi bertambah lah satu lagi destinasi di Lingga hehe. makasih infonya ka.
hwah, cantiknya alam Lingga. Ditambah “cincin oranye” itu jadi bertambah 10 kali lipat cantiknya. hehehe.
saya pernah juga menyusuri sungai resun, kalau tak salah. dan memang ngeri-ngeri sedap ya waktu melihat perahu berkelak-kelok di antara pohon-pohon bakau. alhamdulillah tak lama perjalanan itu.
Bener juga ya, sunrise merupakan suatu pertunjukan hebat yg harus disaksikan. Saya malah belum pernah ngerasain sunrise ditempat baru ini. Hmm pengen banget ke Kab. Lingga ini, semoga disempatkan waktu utk ke sana.
Kakkkk ku liat fotonya yang paling atas langsung bener-bener ngira itu Amazon. Kece banget sih sungai dan hutannya. Deket lagi yah masih di Kepri. Kayanya mesti banget sih ini main dan atur perjalanan ke sini aaaakkkk :3
saya belum pernah ke daik. baca ini jadi referensi. trims yaa
Kab. Lingga masih jadi target untuk dikunjungi di Kepri. semoga nanti kesampaian.
Dan memburu matahari pagi, saya hampir lupa melakukannya disini.. sering kelewatan momen2 indah itu.. hehehe
Seru banget bisa menyusuri mangrove / hutan bakau di dengan pompong. Apalagi ditemani dengan sinar matahari pagi nan indah..
Ternyata di Lingga.. Keren mbak. Btw, impianku juga pengen memburu matahari pagi tapi belum kesampaian sampai sekarang. Beda yaa cantiknya matahari pagi.. Semoga nanti kapan2 bisa menikmati mentari pagi…
Indah dan tenangnya Sungai Resun…
ntar ke Lingga wajib ke sini jelang fajar ah.