DULU saat masih single, saya tidak kepikiran beli mobil karena saya beranggapan naik mobil kemana-mana itu tidak fleksibel. Tidak bisa nyelip dengan gesit untuk menerobos kemacetan. Tidak bisa masuk ke lorong-lorong pemukiman sempit dan biaya operasional yang besar karena membutuhkan bahan bakar lebih banyak. Plus biaya perawatan yang tidak murah. Apalagi bagi orang yang tinggal di pulau kecil seperti warga Batam, kemana-mana terasa dekat dan bisa ditempuh dengan hitungan menit menggunakan motor.
Namun, begitu menikah dan memiliki anak, keberadaan mobil sangatlah diperlukan. Terlebih jika sudah memiliki lebih dari satu anak dan mereka sudah beranjak remaja, mobil menjadi kebutuhan penting. Jika ingin pergi bersama semua anggota keluarga, tidak bisa diakomodir lagi hanya dengan menggunakan motor.
Saya dan suami memutuskan membeli mobil untuk pertama kali pada 2012 lalu, ketika anak pertama kami berumur tiga tahun. Alasan utamanya adalah demi kebutuhan keluarga agar bisa berpergian bersama dalam kondisi yang lebih nyaman karena bisa terlindungi dari panas dan hujan. Sementara untuk keperluan bekerja, saya dan suami tetap memilih mengendarai motor karena lebih efektif dengan segala mobilitas yang ada.
Saat hendak membeli mobil, pastilah banyak hal yang perlu dipertimbangkan, terutama soal kemampuan ekonomi keluarga. Apakah harus membeli mobil baru atau bekas.
Jika ditanya mau pilih yang mana, pastilah jawabannya adalah membeli mobil baru secara tunai, bukan kredit. Namun, kondisi ekonomi tidak memungkinkan untuk memenuhi keinginan tersebut.
Pada tulisan ini, saya ingin berbagi pengalaman kami saat mempertimbangkan membeli mobil . Apa yang sudah kami lakukan mungkin bisa menjadi pertimbangan Moms and Dads juga.
Plus Minus Beli Mobil Baru
Membeli mobil baru, tentu saja dari sisi kualitas kendaraan lebih terjamin karena semuanya masih fresh. Tidak perlu khawatir akan adanya kerusakan yang berat karena biasanya mobil baru semuanya masih bagus dan dilengkapi dengan garansi yang rata-rata selama tiga tahun.
Menurut saya, jika memiliki dana yang cukup, ya baiknya beli mobil baru. Tapi pembeliannya jangan melalui kredit, melainkan tunai alias cash.
Mengapa begitu?
Jawabnya karena kredit mobil itu cukup mahal dan cicilannya bisa menguras kantong lumayan dalam. Selain itu, nilai penyusutnya pun tinggi yakni 15-20 persen di tahun pertama dan 8-10 persen untuk tahun kedua. Sementara tahun berikutnya, nilai penyusutannya akan semakin kecil kisaran rata-rata 5 persen. Jika dirata-ratakan, nilai jual mobil akan turun sekitar 25-30 persen setelah lima tahun pemakaian.
Mari kita lihat ilustrasi yang diambil dari situs autofun yang menyediakan fitur penghitungan kredit pembelian beragam jenis mobil baru, salah satunya adalah Nissan Kicks:
Harga mobil baru Rp449.000.000
DP 10 persen Rp 44.900.000
Tenor kredit 5 tahun dengan bunga 5 % @Rp7.300.000 Rp438.000.000
Total biaya yang harus dibayarkan pembeli adalah Rp570.230.000
Setelah lima tahun, jika mobil ingin dijual lagi, makan harganya akan turun kisaran 25-30 persen. Jika turunnya 25 persen atau Rp112.750.000, maka nilai jualnya akan menjadi sekitar Rp330.250.000.
Karena membeli mobil tersebut dengan cara kredit, maka total kerugian yang akan didera adalah besaran penyusutan ditambah beban kredit yakni Rp112.750.000 + Rp121.230.000 = Rp233.980.000.
Ehmmm, jumlah uang yang lumayan besar ya!
Plus Minus Beli Mobil Bekas
Karena tidak memiliki dana yang cukup untuk membeli cash mobil baru dan kami enggan membelinya secara kredit, maka pihan jatuh pada mobil seken atau bekas.
Resiko utama membeli mobil bekas adalah akan mengeluarkan biaya lebih untuk perawatan mobil. Dan, berpotensi untuk menanggung kerusakan berat, misalnya kerusakan pada mesin. Sebab itu, sebelum membeli mobil bekas, kita memang harus cermat dalam memeriksa keadaan mobil tersebut, terutama kondisi mesinnya. Tidak ada salahnya, sebelum membeli, meminta montir yang kita kenal untuk memeriksa kondisi mobil tersebut.
Selain itu, kondisi eksterior dan interior mobil juga harus diperhatikan dengan baik. Dan, kita juga harus teliti dengan dokumen mobil tersebut. Jangan sampai mobil yang kita beli adalah bodong atau dokumennya palsu.
Bagaimana mengatahui dokumen mobil tersebut palsu atau tidak?
Gampang! Kita bisa mengeceknya secara online melalui situs kepolisian di mana kita tinggal. Seperti warga Batam dan Kepualaun Riau seluruhnya, bisa mengecek info kendaraan melalui situs http://rtmcpoldakepri.com/informasi-pajak-kendaraan-bermotor/
Dengan memasukkan nomor plat kendaraan pada situs tersebut, maka akan terpampang dengan jelas identitas kendaraan, termasuk apakah pembayaran pajaknya sudah lunas atau belum. Jika data pada buku pemilik kendaraan bermotor (BPKB) dan surat tanda nomor kendaraan (STNK) yang akan kita beli terdaftar pada situs tersebut, maka dokumen kendaraan bisa dipastikan tidak bermasalah.
Dari sisi keuangan, membeli kendaraan bekas pastinya lebih murah. Saya menyarankan untuk membelinya secara tunai. Dan, belilah kendaraan bekas yang kondisinya prima dan legal yang susai dengan kemampuan kantong Anda.
Jika membeli kendaraan bekas secara kredit, maka kerugian finansial yang akan didera hampir sama dengan ketika membeli mobil baru secara kredit seperti ilustrasi saya di atas.
Untuk keluarga kecil, kini banyak pilihan mobil yang bisa didapat dengan harga baru kisaran seratus jutaan rupiah seperti Dihatsu Ayla, Daihatsu Sigra, Suzuki Karimun, Wagon R, Toyota Agya, Toyota Calya, dan Honda Brio. Jika membeli yang bekas, harganya tentu saja di bawah itu.
Pilihan lain yang lebih apik, baik desain eksterior-interior dan tenaga mesinnya, kita bisa memilih mobil baru dengan kisaran harga tiga ratusan juta rupiah, diantaranya adalah Honda City. Harga Honda City ini berada di kisaran Rp337 juta sampai Rp352 juta.
Nah Moms and Dads, setelah membaca sharing saya ini pertimbangkan dengan matang dan hati-hati ya sebelum menentukan pilihan dalam membeli mobil. Selain kualitas, hitung dengan hati-hati kemampuan keuangan keluarga. Jangan sampai gagara tidak cermat dalam membeli mobil, jadi mengorbankan kebutuhan penting lain untuk keluarga kita. (sri murni).