Home / My travelling / Berwisata ke Pulau Kundur Karimun, Napak Tilas Kampung Para Tokoh Kepri
English English Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia
Kediaman Bapak Suhajar Daintoro di Sungai Mangkil, Kundur, Tanjung Balai Karimun. Foto by menixnews.

Berwisata ke Pulau Kundur Karimun, Napak Tilas Kampung Para Tokoh Kepri

JALAN-JALAN ke Tanjungbalai Karimun, Kepulauan Riau (Kepri), jangan lewatkan untuk menyeberang ke Pulau Kundur. Pulau ini adalah satu dari tiga pulau terbesar di Kabupaten Karimun selain Pulau Karimun dan Pulau Moro.

Saat saya dan Tim #jelajahKonektivitasHati berkunjung ke Karimun akhir November 2018 lalu selama dua hari satu malam, setengah hari pertama kami puas-puaskan untuk keliling Pulau Karimun dengan menggunakan bus kayu.

Bagaimana Serunya naik bus kayu dan tempat wisata mana saja yang kami kunjungi, baca lengkapnya di sini ya!

Panduan Lengkap Wisata Tanjung Balai Karimun-a Half Day Tour on the Wood Bus

Setelah puas setengah hari berkeliling, kami menginap di Hotel Holiday, salah satu hotel tertua di Karimun yang beroperasi sejak 1990.

Keesokan harinya, selepas santap pagi di Kedai Kopi Botan, kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Kundur, Kecamatan Kundur yang beribukota Tanjungbatu.

Mengapa Pulau Kundur layak dikunjungi? Karena pulau ini merupakan pulau kelahiran sejumlah orang penting yang berjasa untuk Kepri, diantaranya :

1. Alm. HM Sani, mantan Bupati Karimun (2001–2005) dan mantan Gubernur Kepri (2010-2016).

2. Huzrin Hood, mantan Bupati Kepri (2001-2003), dan mantan Ketua Umum Badan Pekerja Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau (BP3KR). Kini beliau lebih banyak berkecimpung di bidang kebudayaan dan sebagai Ketua Yayasan Payung Negeri.

3. Hardi Selamat Hood, anggota DPD mewakili Kepri dari tahun 2009 sampai sekarang. Dia adalah adik dari Huzin Hood.

4. Husnizar Hood, Wakil Ketua DPRD Kepulauan Riau (2015 sampai sekarang), yang juga adik Huzrin Hood.

5. Suhajar Diantoro, mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Kepri yang juga mantan Rektor Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), dan pernah berposisi sebagai penjabat Gubernur Jambi. Kini ia menjadi Staf Ahli Menteri Dalam Negeri Bidang Pemerintahan.

Naik Speed ke Kundur

Untuk ke Kundur, kita bisa menumpang speedboat dari Pelabuhan Kerimun dengan jadwal hampir setiap jam, mulai dari pukul 06.15 WIB sampai sore hari.

Pilihan jadwal dan pelabuhan dari Karimun ke Kundur. Foto by menixnews.

Dari Pelabuhan Karimun ke Kundur, ada empat pilihan pelabuhan tujuan dengan waktu tempuh yang berbeda-beda dan ongkos yang berbeda pula yakni:

1. Selat Beliah

2. Buru

3. Urung

4. Tanjungbatu

Kami berangkat dari Pelabuhan Karimun sekitar pukul 9.00 WIB dan sampai ke Pelabuhan Selat Beliah 9.20 WIB dengan ongkos hanya Rp23.000. Pelabuhan Selat Beliah ini merupakan pelabuhan yang terdekat dari Karimun.

Namun, pelabuhan ini cukup jauh dari Kota Tanjungbatu. Untuk menuju Tanjungbatu, harus menggunakan ojek, mobil carteran, maupun angkutan umum yang sudah disediakan pemerintah. Tarif angkutan umum sekali jalan Rp30.000 dengan waktu tempuh sekitar satu jam.

Dari pelabuhan, kami langsung menyewa mobil untuk menuju ke Sungai Ungar, tanah kelahiran lima tokoh penting Kepri yang saya utarakan di atas. Kami memilih Selat Beliah karena sangat dekat dengan Sungai Ungar. Jalan dari Selai Beliah ke Sungai Ungar sudah mulus beraspal sehingga waktu tempuh pun menjadi lebih singkat. Sepanjang jalan, kanan dan kiri, dipenuhi dengan macam-macam perkebunan, mulai sawit, karet, pinang, kelapa, pisang dan lainnya.

Jalan aspal dari Pelabuhan Selat Beliah ke Sungai Ungar yang sudah mulus beraspal. Foto by menixnews.

Setelah 20 menit naik mobil, kami sampai di Kampung Parit Tegak, kemudian belok ke kiri ke Kampung Parit Mangkil, Desa Sungai Ungar.  Kediaman kelimanya ternyata berdekatan dan mereka adalah tetangga.

1. Rumah Masa Kecil HM Sani

Gubernur Kepulauan Riau Muhammad Sani (Periode II).png

Rumah pertama yang kami kunjungi adalah rumah masa kecil mantan Gubernur Kepri Alm. HM Sani. Rumahnya ada di sisi kiri jalan. Sebuah bangunan yang sangat sederhana, rumah panggung dari kayu bercat kuning, berseng merah, dengan halaman yang cukup luas. Kayu-kayu bangunan rumahnya pun tampak lapuk dengan cat yang kusam.

Rumah masa kecil Bapak Alm HM Sani di Sungai Mangkil, Kundur, Tanjung Balai Karimun. Foto by menixnews.

Di bagian teras depan, terdapat sebuah tempat potong rambut. Usaha kecil-kecilan itu dibuka oleh suami Suriani, wanita yang kini tinggal dan memelihara rumah ini.

Rumah masa kecil Bapak Alm HM Sani di Sungai Mangkil, Kundur, Tanjung Balai Karimun. Foto by menixnews.

Saat masuk ke dalam rumah, tampak lengang. Hanya ada sedikit perabot yang sudah usang. Rumah itu memang kosong tanpa perabot apapun sebelum ditempati Suriani. Adapun perabot dan perlengkapan rumah tangga yang ada adalah milik Suriani.

Tidak ada barang-barang Alm HM Sani dan keluargnya tertinggal di sini. Menurut Suriani, ia menempati rumah ini karena diminta dan tidak membayar uang sewa. “Saat masuk ke rumah ini, sudah tidak ada apapun selain bangunan kosong,”katanya.

Bangunan utama rumah ini 100 persen berbentuk panggung. Namun, pada bagian dapurnya sudah ada penambahan yang tidak lagi panggung. Kedua bagian rumah ini dipisahkan dengan tangga di bagian tengah.

Rumah masa kecil Bapak Alm HM Sani di Sungai Mangkil, Kundur, Tanjung Balai Karimun. Foto by menixnews.

Beberapa bagian dari rumah tampak juga sudah mulai lapuk, terutama pada plafonnya. Karena rumah ini merupakan bagian dari sejarah Kepri, saya berharap rumah ini bisa tetap terpelihara keasliannya. Akan lebih baik lagi apabila bisa dijadikan museum sehingga warga Kepri dari generasi ke generasi akan tetap bisa melihat langsung peninggalan para tokoh penting yang membangun Kepri.

Samping kiri rumah masa kecil Bapak Alm HM Sani di Sungai Mangkil, Kundur, Tanjung Balai Karimun. Foto by menixnews.

Alm. Pak HM Sani yang lahir 11 Mei 1942, mengabiskan waktu kecilnya sampai SMP di rumah ini. Begitu tamat SMP, beliau pindah ke Tanjungpinang untuk melanjutkan pendidikan. Kini Pak Sani sudah terbaring tenang untuk selamanya Taman Makam Pahlawan Batu 5, Tanjungpinang. Sementara ayah dan ibunda dimakamkan di Kundur. Sedangkan istri, Ibu Hj Aisyah dan anak-anak mereka, kini banyak menghabiskan waktu di Tanjungpinang.

Berada di rumah ini, dan melihat pohon-pohon di sekeliling rumah, saya langsung teringat pada buku otobiografi HM Sani yang berjudul “Untung Sabut”. Saya juga mencoba mencari-cari dimana kira-kira pohon anai di depan rumah tua ini, tempat dimana Bapak HM Sani semasa kecil pernah diikat oleh ayahnya jika malas ke sekolah.

2. Rumah Masa Kecil Huzrin Hood dan Adik-Adiknya

Hasil gambar untuk huzrin hood

Huzrin Hood

Setelah puas mengeksplorasi rumah masa kecil Bapak HM Sani, kami berpindah ke rumah keluarga Pak Huzrin Hood. Letaknya hanya berjarak sekitar tiga rumah ke kiri. Kami pun berjalan kaki ke sana. Rumah itu tampak lebih modern dengan bangunan bertingkat dua, dan sudah permanen.

Kediaman mertua Bapak Huzrin Hood di Sungai Mangkil, Kundur, Tanjung Balai Karimun. Foto by menixnews.

Kedatangan kami pun disambut oleh ibu mertua dan kakak ipar Pak Huzrin. Dari sang kakak ipar yang enggan namanya disebutkan itu, kami mengetahui bahwa rumah yang kami datangi ternyata bukanlah rumah keluarga Pak Huzrin, melainkan keluarga mertuanya.

Rumah keluarga Pak Huzrin sendiri kini sudah berubah menjadi bangunan sekolah TK yang lokasinya tidak begitu jauh dari rumah mertuanya.

“Pak Huzrin ke sini, pulang kampung, kadang kalau Lebaran,”kata wanita berkerudung tersebut. Pak Huzrin sendiri kini lebih banyak menghabiskan waktu di Bintan dan Tanjungpinang.

3. Rumah Masa Kecil Suhajar Diantoro

Suhajar Diantoro bersama istri. Foto by menixnews.

Pak Suhajar memang tidaklah sepopular Pak Sani dan Pak Huzrin. Namun perannya untuk Kepri tidaklah kecil. Pak Suhajar adalah salah satu putra terbaik Kepri yang pernah menjabat sebagai Sekda Provinsi Kepri, Rektor Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), dan pernah berposisi sebagai penjabat Gubernur Jambi. Kini ia menjadi Staf Ahli Menteri Dalam Negeri Bidang Pemerintahan.

Rumah Pak Suhajar masih satu deret dengan rumah Pak Sani dan rumah mertua Pak Huzrin. Jaraknya hanya sekitar 200 meter. Rumahnya adalah rumah panggung kayu khas Kundur berwarna kuning, hampir sama dengan rumah Pak Sani.  Di samping rumah lama tersebut, terdapat rumah besar permanen bewarna biru. Rumah tersebut adalah juga rumah Pak Suhajar.

Kediaman Bapak Suhajar Daintoro di Sungai Mangkil, Kundur, Tanjung Balai Karimun. Foto by menixnews.

Bedanya, rumah Pak Suhajar lebih terawat dan di dalamnya masih tersusun rapi perabot serta foto-foto Pak Suhajar bersama keluarga. Foto masa kecilnya juga masih tampak terbingkai dan tergantung di dinding.

Kediaman Bapak Suhajar Daintoro di Sungai Mangkil, Kundur, Tanjung Balai Karimun. Foto by menixnews.

 

Kediaman Bapak Suhajar Daintoro di Sungai Mangkil, Kundur, Tanjung Balai Karimun. Foto by menixnews.

Saat kami menyambangi rumah ini, kami bertemu dengan Ibunda Pak Suhajar, Ibu Fatimah, yang sudah cukup sepuh. Ia ditemani oleh seorang penjaga.

Ibu Fatimah, Ibunda Bapak Suhajar Daintoro. Foto by menixnews.

Ibunda Pak Suhajar sudah tidak bisa banyak bicara. Kami pun lebih banyak mengobrol bersama penjaganya. Pak Suhajar, menurutnya, cukup sering pulang kampung melihat sang ibu.

Rumah lama ini, kini masih ditempati sang ibu karena beliau tidak ingin pindah ke rumah baru yang dibangun di sebelah rumah lama.

“Kalau Nyai (sebutan untuk Ibunda Pak Suhajar) pilih tinggal di rumah lama dan tidak mau pindah. Sementara kalau Pak Suhajar pulang, lebih memilih tidur di rumah baru yang letaknya bersebelahan,”kata wanita tersebut.

Setelah puas mengobrol, kami pun memutuskan untuk meninggalkan kediaman rumah Pak Suhajar dan melanjutkan perjalanan ke Kota Tanjungbatu untuk menikmati wisata yang tersedia di sini. Di tengah perjalanan, kami menyempatkan diri melihat SMP 1 Kundur, yang menjadi tempat para tokoh di atas mengenyam pendidikan SMP di sini.

Jarak antara sekolah dengan kediaman mereka sekitar 8 km dan mereka harus berjalan kaki setiap hari, pergi dan pulang.

Dengan berwisata napak tilas ke kampung halaman para PEJUANG Kepri ini, saya mendapatkan spirit membangun negeri yang begitu tinggi. Semoga semangat mereka terus membara pada saya, Anda, dan semua generasi Kepri.

Jika ke Kundur, jangan lupa ya, ikut melihat dan ikut menyusuri jejak kehidupan masa kecil kelima tokoh Kepri tersebut.

Ikuti terus seri tulisan #JelajahKonektivitasHati pada tulisan berikutnya yakni tentang Pantai Cinta dan Kuliner khas Kundur. (sri murni)

 

7 comments

  1. Unik ya, wisata sejarah dan budaya nih…
    saya KTP Karimun tapi belum pernah ke Karimun. hhe.

  2. tempat ini mmg banyak melahirkan tokoh2 kepri ya

  3. Saya baru tahu kalau beliau-beliau ini yamg merupakan tokoh penting Prov. Kepri asalnya darisini semua..

  4. Alhamdulillah..akhirnya sampe juga ya kk ke tanjung balai Karimun….singgah ke Karimun besar ngak kk ?

  5. Semua berasal dr keluarga sederhanaa yaa…

  6. Pengen sepdaan ke Karimun dan Kundur belum juga ada waktu. Eh di Tanjung Batu kata teman saya banyak buah-buahan loh Mbak. Benar nggak?

Leave a Reply to Fendi Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.