BISA bepergian apalagi stay untuk beberapa tahun di luar negeri, seperti Australia, tentu saja kita tidak ingin melewatkan menjelajah tempat-tempat wisata utama yang ada di negara tersebut. Saya juga berpikiran sama.
Saat saya jalan-jalan ke Sydney, saya menyempatkan diri menjelajahi satu tempat wisata alam paling menakjubkan di Negeri Kangguru ini, yakni The Great Blue Mountains yang berlokasi di Katoomba, New South Welles (NSW). Katoomba merupakan satu di antara tanah Suku Aborigin, penduduk asli Australia.
The Great Blue Mountains ini sangat terkenal karena pesona alamnya yang hijau. Ini merupakan areal hutan tropis seluas 140 km, yang terdiri dari bebatuan terjal, lembah, air terjun, dan sungai.
Tempat ini juga sangat terkenal dengan legenda Tiga Saudara Perempuan atau The Three Sisters yang terkait erat dengan suku Aborigin.
Karena alamnya yang WOW dan faktor sejarah, tempat inipun ditetapkan menjadi Area Warisan Dunia dengan nama Greater Blue Mountains.
Saya memang suka dengan alamnya. Saya pun mengunjungi tempat ini sebanyak dua kali. Sekali bersama seorang teman tanpa menginap, dan yang kedua bersama dengan suami saya dan menginap satu malam di sini.
Untuk sampai ke tempat ini, dari Sydney bisa menumpang kereta api reluger maupun kereta api cepat. Saya dan suami memilih naik kereta api reguler.
Alasannya, pasti karena lebih murah dan kami tidak terburu-buru waktu. Kami juga ingin santai-santai menikmati perjalanan dengan kereta api berdua.
Jadwal keberangkatan kereta api dari Central Station Sydney ke Blue Mountains sangat banyak.
Mulai dari yang paling pagi sekitar pukul 06.30 sampai yang paling malam sekitar pukul 22.00. Kereta api berangkat hampir setiap jam dengan lama perjalanan sekitar dua jam.
Untuk tarif, secara umum, terbagi dua yakni mahasiswa dan umum. Untuk umum sekitar 14 AUD sekali jalan dan mahasiswa diskon 50 persen.
Khusus untuk mahasiswa, diwajibkan memiliki kartu mahasiswa internasional.
Pihak penjual tiket tidak menerima kartu mahasiswa yang hanya dikeluarkan oleh universitas, meskipun itu universitas di Australia.
Kereta api reguler ini, berjalan agak santai dan berhenti di banyak stasiun.
Bagi yang ke sini memang dalam rangka liburan, saya sangat rekomen naik kereta api regular karena santai dan di sepanjang perjalanan kita bisa menikmati pemandangan pemukiman penduduk Australia, pemandangan alam yang hijau, dan suasana khas pedesaan di sana.
Nikmati Kota Katoomba
Begitu kereta api memasuki kawasan Katoomba, panorama indah The Great Blue Mountains sudah tampak dari kejauhan. Begitu sampai di stasium The Blue Mountains, kami dihadapkan dengan sebuah kota kecil khas daerah wisata dengan nama Kota Katoomba.
Isi kota ini adalah pertokoan, supermarket, tempat makan, kafe, bar, penginapan, dan beberapa rumah penduduk yang dilengkapi dengan fasilitas umum seperti sekolah, rumah ibadah, rumah sakit, dan beberapa industri berskala menengah.
Karena saat kami sampai hari sudah agak sore, kami langsung check in di Katoomba Mountain Lodge yang terletak di 31 Lurline St, Katoomba, Blue Mountains, 2780, Australia.
Kami berjalan kaki saja ke penginapan karena memang tidak begitu juah dari stasiun. Lagian, kawasan Blue Mountains adalah wisata berjalan kaki dengan fasilitas pedestrian yang nyaman.
Setelah check in dan menitipkan barang bawaan, kami memutuskan untuk langsung melihat keindahan kawasan ini. Saat itu, musim autumn dengan suhu rata-rata 15 derajat celcius, sehingga cuaca lumayan dingin.
Maskipun dingin, badan tetap terasa hangat karena kemana-mana berjalan kaki plus mengenakan baju yang agak tebal.
Ada banyak atraksi wisata yang ditawarkan. Ada yang gratis dan ada yang berbayar. Jika tujuannya wisata jalan kaki, pastinya semuanya gratis seperti yang saya dan suami lakukan.
Hari pertama kami habiskan untuk sekadar jalan-jalan melihat suasana kota dan rumah-rumah penduduk. Kami juga melihat panorama The Three Sisters dari atas, tanpa menginjakkan kaki ke dasar lembah dan tracking.
Rumah-rumah penduduk di sini tertata dengan rapih. Ukurannya juga besar-besar dengan pekarangan yang besar pula.
Rata-rata punya taman yang indah di depan dan samping rumah. Sangat photogenic jika dijadikan spot berselfie-selfie.
Selepas jalan-jalan, kami makan malam di salah satu restoran vegetarian yang ada di tengah Kota Katoomba, kemudian beristirahat di penginapan.
Tracking ke Dasar Lembah The Great Blue Mountains
Keesokan paginya, selepas sarapan yang kami buat sendiri di dapur hostel tempat kami menginap, kami langsung turun untuk tracking ke dasar lembah The Great Mountains, kemudian naik ke tebing terjal melintasi The Three Sisters.
Dari penginapan, kami mulai berjalan kaki sekitar pukul delapan. Sesuai dengan peta yang kami pegang, tracking bisa memakan waktu sekitar tiga jam dengan jarak tempuh 2,4 km.
Tracking yang kami jalani biasa disebut Scenic Walkway.
Jalur tracking-nya sangat menantang dengan kelokan-kelokan, pendakian, dan penurunan yang cukup melelahkan.
Sepanjang jalur tracking di dasar lembah ini, tidak ada yang terjal. Jalurnya juga sudah terbentuk dan aman dilalui.
Hanya saja, memang cukup sepi. Saya menyarankan, untuk tracking di sini baiknya dilakukan minimal dua orang agar ada teman bercerita di sepanjang perjalanan.
Jangan lupa juga membawa air minum yang cukup.
Yang sangat memukau selama menjelajahi lembah ini adalah keasrian hutan hujan tropis kuno yang memang masih lebat. Hawa dinginnya sangat terasa, apalagi di saat autumn.
Selain itu, jika banyak waktu maka bisa sekaligus bekalar mengenal flora yang jarang ditemukan di tempat lain.
Banyak spot yang dilengkapi dengan keterangan nama pohon, usia, dan kegunaan dari pohon tersebut.
Menaiki Tangga Three Sisters
Jika di dasar lembah jalur tracking-nya bisa dikatakan landai, tidak demikian saat kami sampai di dasar tebing jurang dimana Three Sisters menjulang tinggi ke atas.
Hanya ada dua pilihan untuk kembali ke tempat ke atas, mendaki tebing The Three Sisters yang terjal dan berdiri tegak atau kembali berjalan kaki ke rute awal saat pertama tracking Scenic Walkway.
Kami memutuskan untuk menjajal melewati tebing The Three Sisters yang berdiri tegak. Untuk naik ke atas, memang sudah dibuatkan jalur yang aman, berupa tangga-tangga yang kanan dan kirinya sudah dibatasi dengan besi pengaman.
Dari keterangan yang saya bacah, ada 800 anak tangga ke atas yang harus dilalui yang dikenal dengan The Giant Stairway.
Sebagai pengobat rasa lelah, di setiap puncak tebing The Three Sisters, disediakan tempat untuk beristirahat dan berfoto-foto.
Bentangan alam dengan panorama yang menakjubkan memang sangat memuaskan mata. Sehingga, setiap orang yang mendaki akan merasa puas dengan pemandangan yang didapat.
“Ah rasanya lelah itu memang terobati”.
Legenda The Three Sisters
Di balik formasi dan pemandangan indah The Three Sisters ada legenda kuno tentang keberadaan tiga tebing batu yang letaknya berdampingan tersebut. Tiga tebing itu berdiri di atas tanah Negeri Tradisional Suku Aborigin Darug, Gundungurra, Wiradjuri, dan Dharwal.
Legendanya, di zaman dahulu, ada tiga wanita cantik yang bersaudara dari Suku Aborigin. Mereka bernama Meehni, Wimlah, dan Gunnedoo.
Ketiga gadus itu jatuh cinta dengan tiga lelaki yang juga bersaudara dari suku lain.
Namun, sesuai tradisi dan hukum adat orang Aborigin, cinta mereka dilarang. Mereka pun tidak diperbolehkan menikah.
Ketiga pria bersaudara yang sangat mencintai tiga wanita bersaudara itu berusaha menculik pujaan hati mereka.
Tindakan ketiga pria itu menimbulkan kemarahan dan peperangan antar kedua suku. Alhasil, untuk melindungi ketiga gadis tersebut, kepala suku setempat mengubah mereka menjadi batu.
Awalnya, si kepala suku berniat menyelamatkan ketiga gadis tersebut dengan maksud jika perang usai, kepala suku akan mengembalikan wujud ketiga gadis itu ke bentuk semula. Sayangnya, saat peperangan berlangsung, kepala suku terbunuh.
Alhasil, ketiga wanita itu tetap menjadi batu karena hanya kepala suku itulah yang bisa mematahkan mantra dan mengubah wujud mereka ke semula.
Keberadaan The Three Sisters sampai saat ini dijadikan sebagai menara pengingat akan legenda pertempuran sengit yang pernah terjadi pada Suku Aborigin.
Warna dari The Three Sisters ini kerap berubah-ubah sesuai dengan musim yang sedang berlangsung dan posisi matahari.
Ada kalanya The Three Sisters tampak begitu hijau di antara langit yang biru, namun ada kalanya warnanya berubah menjadi kuning dan orange.
Di sepanjang jalan di kawasan wisata The Great Blue Mountains sangat banyak disiapkan spot-spot untuk berfoto dari banyak sisi.
Jalur ke setiap spot tersebut juga sudah disiapkan sedimikian rupa sehingga relatif aman untuk dilalui.
Scenic Railway dan Skyway
Fasilitas wisata yang ada di The Great Blue Mountains bukan hanya untuk para pecinta alam yang berjalan kaki.
Bagi yang tidak ingin berjalan kaki, bisa memanfaatkan fasilitas kereta api ke dasar lembah dan naik kembali dengan menumpang Scenic Railway. Tentu saja fasilitas ini tidak gratis.
Begitu juga jika ingin menikmati fasilitas Scenic Skyway yang bisa membawa kita melihat panorama alam sambil melewati lintasan menukik dan meluncur di antara puncak-puncak tebing yang ada di sini.
Atau kita bisa dengan santai menikmati semua panorama itu dari atas di dalam kereta gantung raksasa yang disebut Scenic Cableway.
Dari kereta gantung ini, tentu saja kita bisa menikmati pemandangan dengan angle keindahan berbeda ketimbang berjalan kaki.
Selepas menjelajah lembah dan tebing The Three Sisters, saya dan suami kembali ke Sydney untuk menikmati jenis wisata lain di Australia. (sri murni)
HAPPY PICNIC KELUARGA INDONESIA!
mantap, wisata alam yang mengesankan.
Iya Mas Akut…. Mantab hijaunya…
Woww keren bange view di gunungnya. Makin penasaran pengen menjelajah Aussie.
Ago teh lina….jelajahi Aussie….
Kereta gantung dengan batu karang yang kokoh..Bagus banget tu mbak..
Eh, btw, babang yang di sebelah mbak menix selfie di kereta, sendirian juga? 🙂
Hehehe… Iya si babang sendirian… Ah jadi pengin godain..
Cakep mbak pemandangannya, naik 800 anak tangga lumayan bgt ya mbak 😃
Iya cakep mbak… Nail tangga 800 anak tangga super sempot mbak…. Rasa-rasa mo bendara putih tapi tidak mungkin… Hahhaa
wahhh kerennn, kapan ya bisa kesana…
Insyaallah akan bisa ke sana mbak…. Semoga terkabul ya…
Legendanya menarik ya mbak Menix. Mirip seperti di Indonesia, tiap gunung punya kisahnya sendiri.
Btw, imi duo krucil ga ikutan? Gem
Iya Ante Annisa…. crucils ditinggal.. hehehe…
Ausie salah satu budget listku namun belum bisa kesana..
Wah asyik da dibudgetin…kalau kesana kabar2ya Mas… Ada yg mo sy titip utk kawan. Hehe
dan ketika aku melihat semua fotomu aku langsung pengen nulis hastak #pernahkurus
Kwkwkwkw….. Dan ketika aku baca komen Mas Danan, aku ngakak dan pengin cepat2 balas. Hahahaha… Iya pernah kurus…. Dan kurus itu indah y Mas…. Ah kapanlah kurus lagi… Hihihi
Mungkin kurus itu bagai mimpi bagi kita wkakkaka indah tapi susah digapai, apalagi lihat makanan
kwkwkwkw…..iya ya…. mungkin Ramadan ini bisa mengurangi sedikit lemak2 di tubuh, kalau tidak tambah melebar karena banyak undangan bukber… hehehe…
Kayaknya badang langsing itu kenangan bagi kita
Hahahaha…. kenangan yang begitu indah dan mimpi indah untuk mengulangnya kembali…. Kadang aku juga agak minder dengan body bohai begini…. Aduh, kalau ketemu teman lama pasti bilangnya “Ya ampun Menix…. mengapa membesar begini”. Kwkwwkwkw…. Faktor umur dan genetik kayaknya kalau aku mah…. Aku lihat kakak-kakak aku kalau sudah 30-an ke atas itu pasti bohai semua….
Wow! Foto mbak Menik yang di Great Blue Mountains itu keceh bangeeet. Mupeng
Iya ya Mbak… pengin mengulang ke sana lagi. Sedang cari short course yang gratisan… Tapi juga sedang nabung biar saat short course bisa bawa little family…
Waktu ke Sydney kepengen banget mampir ke Blue Mountains ini. Apa daya waktunya nggak memungkinkan. hahahaa. Halo Mba Menik, salam kenal ya 🙂
Wah sayang sekali mbak Winnie gak kesini… padahal keren bangets….. semoga next bisa ke sini mbak….